Jumat, 13 September 2013

KUNCINYA KEMAUAN, KEMAMPUAN DAN NASIB BAIK



Ir. Harsusanto, MM
(Direktur Utama PT Barata Indonesia, 2001-2007)
(Direktur Utama PT PAL Indonesia, 2007-...)

Tidak pernah terlupakan bagaimana asyiknya bermain gaple alias kartu domino waktu zaman kuliah. Di dekat tangga kampus Teknik Elektro ITS di Sukolilo, Surabaya segerombolan mahasiswa berkerumun. Tidak memandang angkatan, yang penting happy. Maklum dosen belum datang. Mereka berharap sang dosen lupa mengajar atau ada keperluan, kalau perlu sakit, supaya tidak jadi kuliah.
Momen-momen itulah yang membuat Harsusanto selalu tersenyum bila mengingat sampai sekarang. Kini, Ir Harsusanto MM sudah menjabat sebagai Direktud Utama PT PAL Indonesia (Persero).
Rupanya, keisengan semasa menjadi mahasiswa itu membawa berkah juga. Ketika sedang tugas dinas di Madrid Spanyol, Harsusanto bersama rekannya sesama alumni Teknik Elektro menjadi juara lomba gaple pada peringatan kemerdekaan di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Madrid.
Kalau ada pengalaman manis, tentu juga ada kenangan pahit. Bagi Harsusanto, mengulang mata kuliah digital control sangat membosankan. Dia harus belajar lagi untuk memperbaiki nilai semula yang cuma D. ”Males tenan!’’ ujarnya sambil terbahak.
Dia menghabiskan waktu sekitar lima tahun untuk kuliah.”Mata kuliah favorit saya praktikum elektronika,” katanya. Selama kuliah, Harsusanto pernah menjadi Koordinaor Angkatan E-14, dan menjadi anggota senat mahasiswa. Dia akrab dengan M Dalyono, Samsu Hidayat, Trisilawati dan Faqih Zuhdi.
Setelah lulus pada tahun 1979, dia bekerja di PT PLN sebagai Staf Direktur Muda Teknik, Harsusanto hanya bertahan satu bulan bekerja di perusahaan setrum negara itu. Selanjutnya dia bekerja di IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara). Sejak 1985 sampai 1997 dia  berturut turut menjabat sebagai Kepala Departemen Shop Divisi Fixed Wing, Kepala Program Modifikasi tiga pesawat Boeing 737TNI AU menjadi pesawat Maritime Survieller. Program itu berjalan atas kerjasama dengan Boeing, Amerika Serikat. Dari IPTN, dia  pindah ke BPIS (Badan Pengelola Industri Strategis) sebagai Kepala Biro Rekayasa Rancang Bangun hingga tahun 2000. Pada tahun itu BPIS berubah menjadi PT Bahana Pakarya Industri Strategis (BPIS). Pada saat itu dia meneruskan pendidikan ke ITB di bidang Manajemen Keuangan dan Perbankan sampai tahun 2001.
Dari tahun 2001-2002 dia dipercaya menjadi Vice President Business Development. Lepas dari BPIS, dia menjadi Direktur Utama PT Barata Indonesia pada tahun 2001 sampai tahun 2007. Di perusahaan ini, dia sukses membuat perusahaan yang merugi sehingga untung. Ketika tahun 2007 dia ditugaskan menjadi Direktu PT PAL Indonesia, PT Barata masih memiliki tabungan beberapa milyar rupiah. Belum setahun menjabat, dia dipercaya sebagai Ketua Umum IPERINDO (Asosiasi Industri Galangan Kapal dan Lepas Pantai). “Sampai sekarang,” ujar Harsusanto.
PT PAL Indonesia adalah industri perkapalan dan lepas pantai, selain melakukan jasa pemeliharaan dan jasa perbaikan kapal serta general engineering. Jumlah karyawannya mencapai 2400 orang karyawan tetap dan 1000 orang karyawan tenaga kontrak. PT PAL mampu menggarap kapal niaga  berbagai tipe sampai 50.000 DWT, kapal perang sampai 60 meter, peralatan oil & gas onshore/offshore rig sampai dengan 3.500 ton, EPC untuk pembangkit listrik, EPC untuk bidang oil & gas, Jasa Perbaikan Komponen Elektronik dan Mekanik Kapal, Jasa Design Engineering Pembangunan Kapal Niaga/Kapal Perang. Target pasarnya bukan hanya domestik dan regional tapi juga internasional.
Harsusanto pernah dianugerahi penghargaan kesetiaan 15 tahun di IPTN Bandung, Satya Lancana Pembangunan Pemerintah RI 1995, The Best CEO BUMN untuk kategori ‘Turn Around’ tahun 2004, serta penghargaan MURI untuk relokasi pabrik PT Barata Indonesia tahun 2005.
Meski sukses dan menjadi pejabat  puncak di BUMN tidak membuat Harsusanto lupa pada almamaternya. Dia banyak terinspirasi pada almarhum Ir Soetikno, dosen pembimbingnya tugas akhir. Harsusanto membuat karya tugas akhir tentang pembuatan Design Monolithic Integrated Circuit. Teknologi saat itu tergolong baru dan belum dikenal banyak orang di Indonesia, khususnya di lingkup perguruan tinggi. Ir Soetikno yang baru kembali dari tugas belajar di Amerika Serikat pun dipilihnya menjadi pembimbing. Ir Soetikno tiada henti-hentinya  mendorong Harsusanto agar terus mendalami tugas akhirnya. Dia diminta membaca buku-buku yang dibawanya dari Amerika Serikat. “Dan hasilnya waktu ujian saya mendapatkan nilai A!” ujarnya.
Menurut dia, semangat dan keyakinan itu dibangun oleh setiap individu masing-masing, bukan oleh orang lain. Sedikit banyak ilmu yang dipelajari di kampus ITS membantunya untuk berpikir sistematis, menyeluruh dan logis. Selanjutnya ilmu yang saya pelajari di luar kampus ITS membantu Harsusanto untuk dapat berpikir lebih strategis, dan bertindak secara efektif.
Pesan alumni ITS pun tidak dipungkirinya. Ketika masih magang di PLN, beberapa alumni ITS yang sudah lebih dahulu bekerja di IPTN Bandung mengajaknya bergabung dengan perusahaan bergengsi itu. Kala itu, memang industri penerbangan sedang digalakkan dengan ujung tombaknya Menteri Riset dan Teknologi BJ Habibie. Para alumni ITS memberikan penjelasan yang gamblang mengenai masa depan industri pesawat. Akhirnya Harsusanto pun pindah dan “Pilihan saya ternyata tidak salah!”
Selama menjalani karirnya, hambatan yang paling menyulitkan adalah ketika menghadapi atau menunggu keputusan yang diharapkan cepat, namun terkendala birokrasi. Masalah menjadi berat ketika berkaitan dengan penentu  kebijakan di pemerintah. Tentu lingkungan BUMN maupun badan pemerintah tidak bisa sebebas perusahaan swasta.
Solusinya mesti sabar sambil berusaha bertahan dan tetap melakukan pemantauan sampai dimana posisi keputusan yang diharapkan segera muncul. Tapi Harsusanto beruntung, selama berkarir tidak pernah merasa bersaing dan tidak pernah merasa mempunyai saingan. Yang pasti, selama kariernya Harsusanto harus selalu bisa menyelesaikan permasalahannya. Memang mengatasi permasalahan dan konflik tidak selalu mudah.
Ada pepatah yang menyebutkan bahwa pemimpin yang baik adalah mereka yang dapat mendengarkan ide, mulai dari ide gila sampai ide brilian. Harsusanto mencoba untuk menerapkan pepatah itu. Namun apabila dia sudah mengambil keputusan, maka semua lapisan harus mengikuti  arah dan pedoman yang digariskan. Selanjutnya dia melakukan pengawasan terpadu. Kemudian menjatuhkan reward dan punishment yang sesuai. Biasanya, Harsusanto menyelesaikan konflik dengan cara duduk bersama satu meja untuk membedah masalah. Kalau permasalahan sudah ditemukan, segera diambil keputusan yang disepakati bersama sebagai aturan main.
Kiat mencapai sukses dalam hidup dan karier versi Harsusanto sederhana tapi manjur. Dia berupaya tidak mudah berputus asa, setiap menghadapi persoalan. Selalu berusaha mencari jalan keluar. Jangan lupa mengkombinasikan kerja dengan menyalurkan hobi. Untuk penyegaran, Harsusanto selalu membaca buku-buku untuk melatih reaksi berpikir. Kalau menghadapi kendala, dia juga tidak ragu mencari tahu jalan keluarnya dari pihak-pihak yang dinilai mengetahuinya tanpa rasa malu. “Yang terakhir, jangan lupa guyon bersama anak, istri dan teman teman,” ujarnya.
Tanpa kiat yang tepat, Harsusanto yakin persoalan tidak mudah diselesaikan. Apalagi, dalam bidang kerjanya sekarang yang sebenarnya strategis bagi pembangunan bangsa. PT PAL Indonesia adalah 100 aset Bangsa Indonesia. Itu sebabnya PT PAL mutlak dibutuhkan serta kini terus dikembangkan. Dalam situasi damai, PT PAL Indonesia bisa berkontribusi pada sektor pembangunan industri serta sektor ketenagakerjaan. Adapun dalam masa perang, PT PAL Indonesia sanggup membangun kapal-kapal perang dan tank amphibi. Apalagi industri perkapalan dan lepas pantai sangat bagus masa depannya karena Indonesia adalah negara maritim. Sedangkan ITS adalah perguruan tinggi pertama di Indonesia yang mempunyai Fakultas Perkapalan, sehingga klop antara industri dan perguruan tinggi.
Sekarang yang mestinya diupayakan adalah end user produk PT PAL. Kendalanya adalah sangat sedikit industri penunjang. Indonesia masih mengimpor sekitar 65 persen peralatan dan bahan mentah untuk industri perkapalan. Salah satu solusinya adalah bersinergi antara Departemen Perindustrian dan Asosiasi IPERINDO, untuk menumbuhkan industri penunjang dengan jaminan pasar tentunya. “Local content dan penerapan SNI (Standar Nasional Indonesia) kita dorong bersama”, ujarnya. Berdasarkan pengalamannya yang panjang di BUMN dan industri strategis, Harsusanto mengingatkan agar berhati-hati dalam mengambil keputusan. Kini situasi dan kondisi hukum di Indonesia masih belum berazaskan kebenaran dan keadilan. Saat ini kebenaran dan keadilan masih relatif dan bukan merupakan sesuatu yang hakiki dan mutlak. “Jadi be careful bung!”
Namun bukan berarti hal itu membuat kita takut berbuat. Ketertinggalan dari negara lain harus menjadi cambuk bagi kita untuk mengejarnya. Kuncinya kemauan, kemampuan dan nasib baik. Harsusanto menyatakan tidak tahu bagaimana Indonesia sampai kalah bersaing.Harsusanto menjelaskan di jalan MH Thamrin Jakarta banyak dijejali gedung-gedung megah. Mal di Indonesia tidak kalah dengan Singapore dan negara-negara lain. Tapi faktanya orang Indonesia sering berbelanja ke luar negeri. Mungkin saja ini masalah budaya.
Harsusanto berharap, ITS dapat menjadi perguruan tinggi terkemuka baik di kawasan regional dan internasional, mempunyai kampus yang bagus, bersih dan terawat. Yang tak kalah penting adalah mempunyai dosen yang pandai dan mumpuni serta disegani dan menjadi panutan. "Selain itu dapat melahirkan pemenang Nobel, Insya Allah,” kata Harsusanto.

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA


BERANILAH BERMIMPI DAN KEJARLAH MIMPI ITU


MEMBANGUN ITU SEPERTI MENANAM POHON 

PARA PEMIMPIN  


 
**** Sumber:  BUKU BIRU BESAR --” INSPIRING TO SUCCES”,  Menuju Kemandirian Bangsa, Jejak Langkah 100 Almuni ITS, 2010

 
 

1 komentar:





  1. Daftar Sekarang !!!Min Depo : Rp 25.000,-

    BONUS NEW MEMBER 10%
    BONUS HARIAN HINGGA 5%

    KETERANGAN LEBIH LANJUT HUBUNGI :
    LIVE CHAT 24 JAM
    Line : HOBI4D
    Instagram : HOBI4D_COM
    Whatsapp : +6282286284064

    DISCOUNT TOGEL UNTUK PASARAN :
    NEW GUINEA – SINGAPORE – INDOSAT
    Discount 4D : 66.00% , 3D : 59.50% , 2D : 29.50%

    Discount untuk Pasaran :
    SYDNEY – HONGKONG
    Discount 4D : 66.00% , 3D : 59.00% , 2D : 29.00%




    BalasHapus