Jumat, 13 September 2013

BERANILAH BERMIMPI DAN KEJARLAH MIMPI ITU!


Ir. HERMIEN RETNANIE SARENGAT, MSc
(Dirut PT GE Technology Indonesia)


Hermien Retnanie Sarengat adalah salah satu representasi gerakan wanita modern Indonesia. Perjuangannya menuntut kesetaraan dan kesejajaran mengundang decak kagum. Dengan segala upaya, wanita cantik ini berusaha mengekplorasi potensi diri, mencurahkan segala kemampuan untuk membuktikan bahwa wanita layak mendapat posisi terhormat sebagaimana laki-laki, dimanapun dan di bidang apapun. Gaya bicaranya yang lugas dan lantang menegaskan keteguhan pribadi dan semangat yang tak pernah padam.
Lahir 18 Agustus 1950 di Surabaya, anak kedua dari sembilan bersaudara, Hermien dibesarkan dalam keluarga sederhana. Ayahnya Soeryadi seorang anggota TNI yang tegas dan selalu menanamkan kedisiplinan bagi putera-putrinya. Dan ibunya, Mas Roro Soehartini adalah seorang ibu yang tak kenal lelah berjuang mendidik dan membesarkan anak-anaknya. Di tengah keterbatasan ekonomi keluarga, disamping mengurusi 9 anaknya, sang ibu masih harus menerima pesanan katering, pesanan jahitan dan lainnya untuk mendukung ekonomi keluarga. Sepak terjang sang ibu menginspirasi Hermien muda—bagaimana seseorang seharusnya bersikap dan bertindak untuk menghadapi tantangan, untuk meperjuangkan hidupnya.
Tidak ada yang mudah dalam hidup ketika kita berleha-leha, tetapi juga tidak ada yang sulit dalam hidup ketika kita mau memperjuangkannya. Hermien remaja menyerap dan meresapi prinsip hidup sang ibu, yang melecut semangatnya untuk berbuat yang terbaik, untuk bermimpi tentang masa depannya dan memperjuangkan mimpi-mimpi itu dengan sepenuh jiwa. Dikarunia kecerdasan rata-rata, semangat dan kerja kerasnya membuat Hermien tidak pernah risau menghadapi tantangan.
Diterima di Teknik Mesin ITS tahun 1969, Hermien memilih jurusan yang dikenal sangat sulit dan dianggap sebagai bidang kaum lelaki saat itu. Dia melepaskan kesempatan sebagai mahasiswa kedokteran Universitas Airlangga dan memilih ITS sebagai tantangan, untuk menguji sejauh mana dirinya mampu belajar sejajar dengan kaum laki-laki. Sempat cuti 2 tahun karena menikah dan melahirkan anak pertamanya, Hermien berhasil menyelesaikan studinya dan diwisuda tahun 1978.
Usai diwisuda, Hermien memutuskan bekerja di BPPT (Badan Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi) dan menjadi asisten Rahardi Ramelan. Bergabung dengan para cendikia, Hermien semakin terpacu untuk mengeksplor potensi-potensi dirinya, untuk mengembangkan kemampuan di bidang IPTEKS. Hingga kemudian jiwanya terusik untuk mencari tantangan yang lebih. Dia melancarkan modus yang sangat piawai, tidak ingin melukai atasan dan tetap mengedepankan rasa hormat bagi orang-orang yang telah membantunya berkembang, Hermien menyatakan minatnya untuk sekolah lagi di luar negeri. Dikabulkan, dia pun berangkat ke Amerika Serikat untuk menempuh program S2 di Northeastern University, Boston.
Berhasil menyelesaikan gelar master tahun 1991, Hermien mencoba bekerja di sebuah perusahaan di Amerika Serikat. Disitulah dia memperoleh pelajaran berharga, bagaimana dia mendapat cemooh, pelecehan ilmu dan bahkan hanya karena dia seorang perempuan dan dari Indonesia. Semangatnya semakin terpacu untuk membuktikan dirinya mampu berbuat lebih baik dari mereka sebagai seorang profesional. Bekerja di Amerika Serikat dengan gaji dolar, akhirnya tidak mampu membuatnya bahagia. Panggilan jiwa untuk kembali ke tanah air begitu kuat, hasratnya untuk menularkan apa-apa yang dia miliki untuk bangsanya tidak tertahankan. Dia memutuskan untuk pulang ke Indonesia, memantapkan hati untuk memberikan kontribusi terbaik untuk bangsanya.
Bergabung dengan PT. GE Technology Indonesia, Hermien mengemban misi untuk mempelajari dan menguasai baik di bidang teknologi maupun pola tata kelola perusahaan multinasional. Dia merasa tertantang dengan kultur kerja dan nilai-nilai profesionalisme yang diterapkan. Dengan keyakinan dan kepercayaan dirinya, kerja keras yang konsisten dan persisten, akhirnya Hermien dapat diterima dengan baik di lingkungan kerjanya yang memungkinkan dirinya semakin mampu mengembangkan kemampuannya.
Memang tidak mudah berpindah kerja dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya dan sebagai karyawan biasa. Hermien menyadari posisinya dan dengan brillian dia mampu membangun kerja sama sinergis dan bernegosiasi sungguh sangat membantu dirinya beradaptasi dengan cepat, dan karakternya yang cekatan serta tangkas menyelesaikan tugas membuat dia mampu tampil lebih menonjol dibanding dengan rekan-rekannya.
Sebagaimana umumnya seorang wanita, Hermien mengaku ditakdirkan memiliki sifat sensitive atau ngambekan. Dan dia menyikapi secara cerdas, berusaha untuk mengubah Sensitive menjadi Intuitive, mengubah kepekaan pribadi menjadi kepekaan profesional sehingga mampu menjiwai profesinya, cepat tanggap menghadapi tantangan, peka terhadap perubahan-perubahan dan mampu dengan cepat merasakan kesulitan-kesulitan anak buah, rekan kerja, atasan dan bahkan kesulitan-kesulitan perusahaan.
Berkat ketekunan dan kerja keras, dedikasi dan komitmennya yang tinggi, Hermien akhirnya mampu meraih posisi puncak sebagai Direktur Utama tahun 1998. Teguh dalam pendirian, piawai dalam pembawaan diri, dia dikenal sebagai CEO yang tegas dan luwes. Dalam menjalankan tugas, dia memegang prinsip ‘belajar sambil beramal’. Tampil menggunakan kerudung, dia tetap percaya diri dan tidak merasa malu dan berkecil hati ketika menghadiri pertemuan penting dengan para CEO laki-laki di dalam dan luar negeri.
“Saya cenderung memposisikan diri sebagai pemimpin dan ibu dalam waktu yang sama. Bagi saya hal ini penting karena dengan memposisikan naluri sebagai ibu sekaligus pemimpin dalam waktu yang sama, empati untuk mengendus kesulitan yang dialami bawahan atau perusahaan saya bisa terekam dengan baik”, kata dia. Karena penampilannya, ia lebih sering dipandang sebagai bagian dari kumpulan ibu-ibu pengajian ketimbang seorang CEO. Namun, Hermien tidak ambil peduli. Meski ia mengakui bahwa CEO selama ini selalu diidentikan dengan penampilan yang serba wah, keluar dari pandangan itu ternyata bukan hal yang perlu ditakuti.
“Memang CEO identik dengan perempuan cantik, pria tampan yang super pintar segalanya. Tapi ternyata dengan mengandalkan jurus begini, saya toh tidak mengapa,” ujarnya enteng. Selalu tampil enerjik dan tetap cantik di usia 60 tahun, Hermien merasa bahagia dan bangga dapat menularkan dan mengajarkan kepada generasi bangsanya berbagai kiat dan pengalamannya ditengah-tengah kesibukannya yang padat, melalui forum dan seminar.
“Pokoknya jangan pernah menyerah sebelum Tuhan memberi, terus berusaha dan beribadah untuk mencapainya,” pesan ibu berputera dua ini di depan sidang terbuka mahasiswa baru ITS yang langsung disambut para mahasiswa  baru yang tampak terkagum-kagum dengan paparannya.
Hermien menegaskan bahwa sebuah keberhasilan adalah suatu proses. Tak ubahnya mendaki gunung, maka jangan memikirkan apa yang ada di puncak gunung, melainkan menghayati dan mencermati lereng demi lereng dan menaklukkannya satu persatu. Di setiap lereng yang didaki pasti ada kesulitan dan tantangan, ketika berhasil dilalui, maka pendaki yang cerdas akan memiliki pengetahuan dan pengalaman baru untuk peningkatan kemampuannya untuk menghadapi kesulitan-kesulitan di lereng-lereng berikutnya. Dan apabila kita secara konsisten dan presisten mendaki, dengan kerja keras dan semangat juang tinggi, kita akan sampai di puncak gunung.
Saya sering bertanya kepada para mahasiswa tentang apa yang mereka inginkan ketika lulus atau menyandang gelar sarjana. Jawabnya hampir seragam, yakni mau memiliki mobil terbaru, rumah mewah dan uang banyak. Padahal itu bukan cita-cita, dan semua perlu proses,” tegasnya mengingatkan. “Idealnya, mereka butuh pengetahuan untuk mengembangkan diri lebih dulu. Karena yang namanya mobil, rumah dan uang akan mengikuti dengan sendirinya jika seseorang mampu mengembangkan dirinya dengan pengetahuan yang memadai.”
Hermien memperkenalkan 7 kriteria khusus yang harus dimiliki untuk menjadi seorang yang profesional tangguh—yaitu sharp, good culture, fit, willing to learn, egos, change, high growth, ideas. Secara kasar dapat diterjemahkan bahwa seseorang harus tangkas trengginas, mampu menyesuaikan diri dengan beragam budaya, berkemauan keras untuk belajar, percaya diri dan berusaha menampilkan yang terbaik, peka terhadap perubahan, mampu menyerap kemajuan-kemajuan yang terjadi, memiliki gagasan yang brillian. Dengan 7 kriteria tersebut, menurut Hermien, maka akan terbentuk seorang yang holistic leader yaitu seorang yang pemimpin yang unggul dalam seluruh kehidupannya.
Awalnya anda harus punya mimpi anda ke depan, lalu buatlah leap lompatan  dalam hidup anda. You have something different comparing with other.” Hermien punya kiat, Jika anda pengen kerja di bidang makanan, anda harus kenal orang di bidang makanan, boleh supplier, produsen atau lainnya. Lalu bangunlah jaringan yang kuat. Ini harus anda capai jika ingin sukses di bidang ini.”
Begitulah Hermien Retnanie Sarengat. Matanya berbinar-binar dan raut wajahnya menyemburatkan rasa bahagia dan bangga ketika dirinya berbagi pengalaman dan berbagi kiat di forum dan seminar. Pengalamannya bekerja dan memimpin perusahaan multinasional dengan beragam tantangan tidak hanya menjadi berkah bagi dirinya sendiri, tetapi juga berkah bagi banyak orang, berkah bagi generasi bangsanya.
Menikah dengan Drs. Sarengat Hardjosudarmo, Hermien dikaruniai dua orang putera--- Damar Satya Suryawiradharma dan Dimas Susatya Yudhawiradharma. Di akhir kisahnya, Hermien merasa bersyukur dikarunia suami yang setia yang memahami takdirnya, yang selalu membangkitkan ketika ada badai menerjang kehidupannya.  


BERBAKTI KEPADA ORANG TUA


KESEMPATAN MUNGKIN HANYA DATANG SATU KALI


MEMBANGUN ITU SEPERTI MENANAM POHON 

PARA PEMIMPIN



**** Sumber:  BUKU BIRU BESAR --” INSPIRING TO SUCCES”,  Menuju Kemandirian Bangsa, Jejak Langkah 100 Almuni ITS, 2010 


 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar