Ir. HERMIEN RETNANIE SARENGAT, MSc
(Dirut PT GE Technology Indonesia)
Hermien Retnanie Sarengat adalah salah satu representasi
gerakan wanita modern Indonesia. Perjuangannya menuntut kesetaraan dan
kesejajaran mengundang decak kagum. Dengan segala upaya, wanita cantik ini
berusaha mengekplorasi potensi diri, mencurahkan segala kemampuan untuk
membuktikan bahwa wanita layak mendapat posisi terhormat sebagaimana laki-laki,
dimanapun dan di bidang apapun. Gaya bicaranya yang lugas dan lantang
menegaskan keteguhan pribadi dan semangat yang tak pernah padam.
Lahir 18 Agustus 1950 di Surabaya, anak kedua dari
sembilan bersaudara, Hermien dibesarkan dalam keluarga sederhana. Ayahnya
Soeryadi seorang anggota TNI yang tegas dan selalu menanamkan kedisiplinan bagi
putera-putrinya. Dan ibunya, Mas Roro Soehartini adalah seorang ibu yang tak
kenal lelah berjuang mendidik dan membesarkan
anak-anaknya. Di tengah keterbatasan ekonomi keluarga, disamping mengurusi 9
anaknya, sang ibu masih harus menerima pesanan katering, pesanan jahitan dan
lainnya untuk mendukung ekonomi keluarga. Sepak terjang sang ibu menginspirasi
Hermien muda—bagaimana seseorang seharusnya bersikap dan bertindak untuk
menghadapi tantangan, untuk meperjuangkan hidupnya.
Tidak ada yang mudah dalam hidup ketika
kita berleha-leha, tetapi juga tidak ada yang sulit dalam hidup ketika kita mau
memperjuangkannya. Hermien remaja menyerap dan meresapi prinsip hidup sang ibu,
yang melecut semangatnya untuk berbuat yang terbaik, untuk bermimpi tentang
masa depannya dan memperjuangkan mimpi-mimpi itu dengan sepenuh jiwa. Dikarunia
kecerdasan rata-rata, semangat dan kerja kerasnya membuat Hermien tidak pernah
risau menghadapi tantangan.
Diterima di Teknik Mesin ITS tahun 1969, Hermien memilih
jurusan yang dikenal sangat sulit dan dianggap sebagai bidang kaum lelaki saat
itu. Dia melepaskan kesempatan sebagai mahasiswa kedokteran Universitas
Airlangga dan memilih ITS sebagai tantangan, untuk menguji sejauh mana dirinya
mampu belajar sejajar dengan kaum laki-laki. Sempat cuti 2 tahun karena menikah
dan melahirkan anak pertamanya, Hermien berhasil menyelesaikan studinya dan
diwisuda tahun 1978.
Usai diwisuda, Hermien memutuskan bekerja di BPPT (Badan
Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi) dan menjadi asisten Rahardi Ramelan.
Bergabung dengan para cendikia, Hermien semakin terpacu untuk mengeksplor
potensi-potensi dirinya, untuk mengembangkan kemampuan di bidang IPTEKS. Hingga
kemudian jiwanya terusik untuk mencari tantangan yang lebih. Dia melancarkan
modus yang sangat piawai, tidak ingin melukai atasan dan tetap mengedepankan
rasa hormat bagi orang-orang yang telah membantunya berkembang, Hermien
menyatakan minatnya untuk sekolah lagi di luar negeri. Dikabulkan, dia pun berangkat
ke Amerika Serikat untuk menempuh program S2 di Northeastern University,
Boston.
Berhasil menyelesaikan gelar master tahun 1991, Hermien
mencoba bekerja di sebuah perusahaan di Amerika Serikat. Disitulah dia
memperoleh pelajaran berharga, bagaimana dia mendapat cemooh, pelecehan ilmu
dan bahkan hanya karena dia seorang perempuan dan dari Indonesia. Semangatnya
semakin terpacu untuk membuktikan dirinya mampu berbuat lebih baik dari mereka
sebagai seorang profesional. Bekerja di Amerika Serikat dengan gaji dolar,
akhirnya tidak mampu membuatnya bahagia. Panggilan jiwa untuk kembali ke tanah
air begitu kuat, hasratnya untuk menularkan apa-apa yang dia miliki untuk
bangsanya tidak tertahankan. Dia memutuskan untuk pulang ke Indonesia,
memantapkan hati untuk memberikan kontribusi terbaik untuk bangsanya.
Bergabung dengan PT. GE Technology Indonesia, Hermien
mengemban misi untuk mempelajari dan menguasai baik di bidang teknologi maupun
pola tata kelola perusahaan multinasional. Dia merasa tertantang dengan kultur
kerja dan nilai-nilai profesionalisme yang diterapkan. Dengan keyakinan dan
kepercayaan dirinya, kerja keras yang konsisten dan persisten, akhirnya Hermien
dapat diterima dengan baik di lingkungan kerjanya yang memungkinkan dirinya
semakin mampu mengembangkan kemampuannya.
Memang tidak mudah berpindah kerja dari satu perusahaan
ke perusahaan lainnya dan sebagai karyawan biasa. Hermien menyadari posisinya
dan dengan brillian dia mampu membangun kerja sama sinergis dan bernegosiasi
sungguh sangat membantu dirinya beradaptasi dengan cepat, dan karakternya yang
cekatan serta tangkas menyelesaikan tugas membuat dia mampu tampil lebih
menonjol dibanding dengan rekan-rekannya.
Sebagaimana umumnya seorang wanita, Hermien mengaku
ditakdirkan memiliki sifat sensitive atau ngambekan. Dan dia menyikapi secara
cerdas, berusaha untuk mengubah Sensitive
menjadi Intuitive, mengubah kepekaan pribadi menjadi kepekaan profesional sehingga mampu
menjiwai profesinya, cepat tanggap menghadapi tantangan, peka terhadap
perubahan-perubahan dan mampu dengan cepat merasakan kesulitan-kesulitan anak
buah, rekan kerja, atasan dan bahkan kesulitan-kesulitan perusahaan.
Berkat ketekunan dan kerja keras, dedikasi dan
komitmennya yang tinggi, Hermien akhirnya mampu meraih posisi puncak sebagai
Direktur Utama tahun 1998. Teguh dalam pendirian, piawai dalam pembawaan diri,
dia dikenal sebagai CEO yang tegas dan luwes. Dalam menjalankan tugas, dia memegang
prinsip ‘belajar sambil beramal’.
Tampil menggunakan kerudung, dia tetap percaya diri dan tidak merasa malu dan
berkecil hati ketika menghadiri pertemuan penting dengan para CEO laki-laki di
dalam dan luar negeri.
“Saya
cenderung memposisikan diri sebagai pemimpin dan ibu dalam waktu yang sama.
Bagi saya hal ini penting karena dengan memposisikan naluri sebagai ibu
sekaligus pemimpin dalam waktu yang sama, empati untuk mengendus kesulitan yang
dialami bawahan atau perusahaan saya bisa terekam dengan baik”, kata dia. Karena
penampilannya, ia lebih sering dipandang sebagai bagian dari kumpulan ibu-ibu
pengajian ketimbang seorang CEO. Namun, Hermien tidak ambil peduli. Meski ia
mengakui bahwa CEO selama ini selalu diidentikan dengan penampilan yang serba
wah, keluar dari pandangan itu ternyata bukan hal yang perlu ditakuti.
“Memang CEO identik dengan perempuan cantik, pria tampan
yang super pintar segalanya. Tapi ternyata dengan mengandalkan jurus begini,
saya toh tidak mengapa,” ujarnya enteng. Selalu tampil enerjik dan tetap cantik
di usia 60 tahun, Hermien merasa bahagia dan bangga dapat menularkan dan
mengajarkan kepada generasi bangsanya berbagai kiat dan pengalamannya
ditengah-tengah kesibukannya yang padat, melalui forum dan seminar.
“Pokoknya jangan pernah menyerah sebelum Tuhan memberi,
terus berusaha dan beribadah untuk mencapainya,” pesan ibu berputera dua ini di
depan sidang terbuka mahasiswa baru ITS yang langsung disambut para
mahasiswa baru yang tampak
terkagum-kagum dengan paparannya.
Hermien menegaskan bahwa sebuah
keberhasilan adalah suatu proses. Tak ubahnya mendaki gunung, maka jangan
memikirkan apa yang ada di puncak gunung, melainkan menghayati dan mencermati
lereng demi lereng dan menaklukkannya satu persatu. Di setiap lereng yang didaki
pasti ada kesulitan dan tantangan, ketika berhasil dilalui, maka pendaki yang
cerdas akan memiliki pengetahuan dan pengalaman baru untuk peningkatan
kemampuannya untuk menghadapi kesulitan-kesulitan di lereng-lereng berikutnya.
Dan apabila kita secara konsisten dan presisten mendaki, dengan kerja keras dan
semangat juang tinggi, kita akan sampai di puncak gunung.
“Saya sering
bertanya kepada para mahasiswa tentang apa yang mereka inginkan ketika lulus
atau menyandang gelar sarjana. Jawabnya hampir seragam, yakni mau memiliki
mobil terbaru, rumah mewah dan uang banyak. Padahal itu bukan cita-cita, dan
semua perlu proses,” tegasnya mengingatkan. “Idealnya, mereka butuh
pengetahuan untuk mengembangkan diri lebih dulu. Karena yang namanya mobil,
rumah dan uang akan mengikuti dengan sendirinya jika seseorang mampu
mengembangkan dirinya dengan pengetahuan yang memadai.”
Hermien memperkenalkan 7 kriteria khusus yang harus
dimiliki untuk menjadi seorang yang profesional tangguh—yaitu sharp, good
culture, fit, willing to learn, egos, change, high growth, ideas. Secara kasar
dapat diterjemahkan bahwa seseorang harus tangkas trengginas, mampu
menyesuaikan diri dengan beragam budaya, berkemauan keras untuk belajar,
percaya diri dan berusaha menampilkan yang terbaik, peka terhadap perubahan,
mampu menyerap kemajuan-kemajuan yang terjadi, memiliki gagasan yang brillian.
Dengan 7 kriteria tersebut, menurut Hermien, maka akan terbentuk seorang yang
holistic leader yaitu seorang yang pemimpin yang unggul dalam seluruh kehidupannya.
“Awalnya
anda harus punya mimpi anda ke depan, lalu buatlah leap lompatan dalam hidup anda. You have something
different comparing with other.” Hermien punya kiat, Jika anda pengen kerja
di bidang makanan, anda harus kenal orang di bidang makanan, boleh supplier,
produsen atau lainnya. Lalu bangunlah jaringan yang kuat. Ini harus anda capai
jika ingin sukses di bidang ini.”
Begitulah Hermien Retnanie Sarengat. Matanya
berbinar-binar dan raut wajahnya menyemburatkan rasa bahagia dan bangga ketika
dirinya berbagi pengalaman dan berbagi kiat di forum dan seminar. Pengalamannya
bekerja dan memimpin perusahaan multinasional dengan beragam tantangan tidak
hanya menjadi berkah bagi dirinya sendiri, tetapi juga berkah bagi banyak
orang, berkah bagi generasi bangsanya.
Menikah dengan Drs. Sarengat Hardjosudarmo, Hermien
dikaruniai dua orang putera--- Damar Satya Suryawiradharma dan Dimas Susatya
Yudhawiradharma. Di akhir kisahnya, Hermien merasa bersyukur dikarunia suami
yang setia yang memahami takdirnya, yang selalu membangkitkan ketika ada badai
menerjang kehidupannya.
BERBAKTI KEPADA ORANG TUA
KESEMPATAN MUNGKIN HANYA DATANG SATU KALI
MEMBANGUN ITU SEPERTI MENANAM POHON
PARA PEMIMPIN
BERBAKTI KEPADA ORANG TUA
KESEMPATAN MUNGKIN HANYA DATANG SATU KALI
MEMBANGUN ITU SEPERTI MENANAM POHON
PARA PEMIMPIN
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar