Jumat, 13 September 2013

JENDERAL TNI PURNAWIRAWAN WIRANTO




Jenderal TNI Purnawirawan Wiranto, seorang jenderal yang jujur dan berwibawa. Dalam perjalanan dengan naik andong-atau dalam istilah lain dokar-untuk tujuan pindah bermukim dari Yogyakarta ke Solo, kuda yang membawa kami mati dalam perjalanan, ” begitulah Wiranto mengenang sekelumit kisah orangtuanya pada masa serbuan Belanda ke Yogyakarta. Saat “mengungsi” bersama keluarganya itu, Wiranto kecil baru berumur satu bulan. Kisah orangtuanya itu rupanya begitu membekas dalam kenangan.
Wiranto sendiri tidak pernah membayangkan bahwa suatu saat ia akan menduduki jabatan tertinggi dalam TNI dan bahkan karena profesi yang digelutinya dengan tekun itu, telah membawanya sempat dekat dengan Orang Nomor Satu di negeri ini, yakni presiden RI. “Itu bukan obsesi saya, mungkin itulah garis kehidupan,” ujar Wiranto.
“Alhamdulillah, kalau kemudian Tuhan telah memungkinkan saya mencapai posisi tertinggi, Jenderal bintang empat, dan karier saya di TNI,” tambah Wiranto. Dalam perjalanan menapak karier di TNI yang bagi sebagian kalangan terkesan mulus, ternyata bagi Wiranto sendiri tidak demikian. “Hanya dengan ketekunan, kejujuran, dan disiplinlah semua ini bisa diraih,” ujarnya. Tampaknya Wiranto ingin mengatakan bahwa tak ada hasil terbaik yang bisa diraih tanpa kerja keras, keringat, dan mungkin tetesan air mata.
Mengenang masa kecil Wiranto banyak hal yang bisa di telusuri dari kehidupan Jenderal yang dilahirkan di Yogyakarta, yang merupakan pusat kebudayaan Jawa, masa kecilnya dijalani dengan segala suka dukanya di salah satu pusat kebudayaan jawa yang lain, yakni Solo, dikota inilah Wiranto menghabiskan masa kanak-kanaknya dan menempuh pendidikan formalnya dari sejak sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA).
Semasa kecil, Wiranto sering dipanggil mas Ento. Karip kerabat dan teman-teman kecilnya pun memanggil Wiranto dengan sebutan Ento. Orangtua dan kakaknya memanggilnya Ento. Sedangkan adiknya tentu saja memanggil mas Ento. Nama Wiranto sendiri diberikan oleh ibunya yang diambil dari kata Jawa wira dan anto yang artinya anak berani atau anak yang kelak diharapkan selalu mengedepankan kebenaran. Itulah barang kali harapan sang ibu.
Wiranto kecil dibesarkan dalam lingkungan keluarga bersahaja. Bahkan bisa dibilang cenderung pas-pasan. Ia putra keenam dari sembilan bersaudara. Ayahnya seorang kepala sekolah rakyat (SR) kini setingkat SD. Penghasilan Pak Mantri-sebutan ayahnya, yang sebenarnya bernama Wiro Wiyoto-tentu saja tidak mencukupi kebutuhan keluarganya. Karenanya, pola hidup sederhana sudah tertanam sejak dini dalam keluarganya dan juga bagi dirinya. Mungkin itulah sebab itulah Wiranto kecil tak pernah menikmati perayaan hari kelahirannya yang jatuh pada tiap 4 April. Tak ada pesta ulang tahun untuk putra kelahiran Yogyakarta itu.
Meskipun hidup sederhana, Wiranto dan keluarga tidak pernah menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhan dan meraih harapannya. Rupanya daya tahan dan pengendalian diri memang tumbuh pula bersama tempaan hidup masa kecil. Bagaimana tidak, sejak kecil Wiranto sudah harus bisa dan terbiasa mengendalikan keinginan dan pengaruh lingkungannya dibanding melakukan tindakan yang bertentangan dengan prinsip kejujuran dan hal-hal diluar kemampuannya. Kiranya dengan kehidupan yang sederhana itulah, membuat Wiranto bersaudara hidup rukun dan penuh keakrapan. Kesulitan hidup yang dihadapi, mendorong mereka untuk saling mendukung dan saling berbagi. Sikap proaktif dan kerja keras juga telah menjadi bagian dari kehidupan mecil Wiranto. Ia menyadari dari kondisi ekonomi keluarganya yang pas-pasan. Keadaan itu membuat Wiranto kecil cukup prihatin. Semua dilaluiya dengan tabah. Sejak kecil, orangtuanya senantiasa menasehati agar ia memiliki keyakinan yang kuat dan ketakwaan yang tinggi.
Wiranto kecil juga dididik untuk selalu hidup berdisiplin. Ia, misalnya sudah harus bangun pagi mungkin untuk membantu tugas-tugas keluarga. Watak, sifat dan kedisiplinannya mewarisi karakter dan kedisiplinan ayahnya yang berprofesi sebagai guru yang juga mendalami kebatinan Jawa. Ibunya, yang dikenal sangat ketat dan tegas paling berperan dalam membentuk kepribadian Jenderal Wiranto. Hidup serba pas-pasan bukan berarti tak punya cita-cita. Rasa prihatin dan tempaan hidup justru semakin menambah keyakinan Wiranto akan cita-citanya. Sejak kecil kalau ditanya, ia mau jadi apa. Jawabnya, ia ingin jadi tentara. Rupanya sejak dini Wiranto sangat mendambakan menjadi tentara. Kalau ada anggota keluarga yang ingin bepergian, Wiranto kecil biasanya ditanya, “Ingin oleh-oleh apa?” Dia selalu menjawab dibelikan topi baja.
Namun bersamaan dengan pertumbuhan usia, cita-citanya sempat berubah. Ketika remaja ia sempat berpikir bahwa ingin menjadi seorang Arsitek. Namun cita-cita itu tidak kesampaian karena faktor ekonomi. Akhirnya Wiranto masuk AMN yang gratis.
Di kalangan saudara-saudaranya Wiranto banyak memiliki ide dan pemikiran yang cukup kritis dan inovatif. Ia sering membuat kegiatan-kegiatan yang sifatnya baru. “Sehingga teman yang lain menjadi sangat senang,” kenang Sunaryo yang tinggal berhadapan persis dengan rumah keluarga Wiranto.
“Sikap lain yang cukup menonjol adalah kemandirian yang dibuktikannya sejak kecil,” lanjut Sunaryo. Ketika Wiranto kecil bersekolah TK, ia tidak pernah lagi diantar. Bahkan jika berangkat  SD dan SMP pun ditempuhnya dengan jalan kaki, meskipun jarak sekolah cukup jauh.
Wiranto termasuk anak yang pandai di kelasnya sejak TK, SD, SMP dan SMA. Tak heran, kalangan teman-temanna sepermainan, Wiranto kecil menjadi pemimpin dan panutan. Karena sikap kemandirian, tanggung jawab dan kepandaiannya, Wiranto disukai teman-temannya.
Dalam pandangan Sunaryo, Wiranto kecil, Wiranto remaja dan dewasa hingga kini tetap saja. Sikapnya tidak banyak berubah. Wiranto dilihatnya termasuk anak yang konsisten. Sehingga menurut pengakuan orang-orang dekat Wiranto, meskipun sudah menjadi panglima dan menteri, Wiranto masih tetap menunjukkan sikapnya seperti yang mereka kenal dulu, seorang yang pendiam dan dengan sikapnya yang konsisten.
Selain tertarik dengan seni suara, Wiranto juga gemar olahraga. Ia sangat menyukai bulutangkis, golf dan tenis lapangan. Mungkin ini pula yang kemudian membuat Wiranto merasa terpanggil menggeluti dunia olahraga. Kegemaran berolahraga inilah yang kemudian menempatan Wiranto menjadi Ketua Umum Bridge Seluruh Indonesia (GABSI) yang dibawanya menjadi juara dunia tahun 2000. Bahkan sebelumnya ia juga sempat menjabat Ketua Umum Federasi Karatedo Indonesia (FORKI).
Kedudukan dan posisi Jenderal Wiranto sebenarnya bisa dimanfaatkan, khususnya oleh anggota keluarganya. Namun, tak ada satupun keluarganya yang memanfaatkan posisi Wiranto untuk keuntungan fasilitas keluarga. Keluarganya tetap ingin memilih hidup sederhana. “Pihak keluarga juga menyadari tidak ingin sama sekali mendapat keuntungan dari posisi Wiranto untuk kepentingan keluarga,” tutur kedua kakaknya.
“Saya tidak melihat keluarga besar Wiranto memanfaatkan kedudukannya untuk kepentingan, baik politik, status, maupun finansial. Tidak ada perubahan sikap dari keluarga besar Wiranto dalam hubungan dengan lingkungannya meskipun salah satu keluarganya memiliki posisi penting,” papar Kol. Heru yang menjabat Danrem Solo menilai. Begitu pula penilaian masyarakat sekitar tempat keluarga besar Wiranto berada. Mereka sama sekali tidak merasa ada perubahan dari keluarga atau familli wiranto. Tidak ada sikap eklusifisme dari keluarga atau famili Wiranto. Justru yang lebih menonjol dari keluarga besar Wiranto adalah kesederhanan.
“Bahkan kepada Korem maupun Kodem yang nota bene satuan bawah pak Wiranto, keluarga Wiranto sangat mengambil jarak. Keluarga Wiranto juga menolak bantuan maupun uluran tangan yang diberikan oleh Korem pada acara-acara tertentu. Mereka sangat hati-hati untuk menerima tawaran dari Korem bila dirumah nya ada acara-acara keluarga. Demikian juga dengan Wiranto, apabila ke Solo beliau tidak pernah mau menerima fasilitas dan akomodasi dari Korem. Bahkan sering kali dilakukan tanpa protokoler,“ tambah Kol. Heru melanjutkan ceritanya.
Walau yang tumbuh pada pribadi Wiranto tampaknya tidak lepas dari didikan kuat ibunya. Ada kisah sederhana yang cukup menarik. Suatu ketika kepada ibunya yang sudah sepuh, Wiranto  akan mengiriminya sebuah mobil. Tapi ibunya menolak. Katanya, “Bagaimana nasib nanti tukang becak langganan saya yang mangkal di ujung gang jalan sana?” Kemudian ketika ia akan memperbaiki rumah tinggal keluarganya, ibunya pun keberatan, khawatir kalau para tetangga justru tidak datang lagi. Akhirnya rumah tempat tinggal mereka di Solo hingga ibunya wafat dibiarkan sampai keropos.
Saat ini rumah tempat tinggal keluarga Wiranto diperbesar dan dibangun dalam bentuk rumah padepokan yang terbuka dan digunakan untuk kepentingan kegiatan kampung seperti pengajian, arisan atau bahkan pengantenan.
Raut mukanya yang keras dan pembawaannya yang tenang memberikan kesan Wiranto adalah sosok pendiam. Apalagi memang sedikit berbicara, kalau bicara seperlunya saja. Inilah kesan pertama yang akan terasa bagi mereka yang pertama kali bertemu dengan Jenderal Wiranto. Namun, kesan itu akan segera hilang ketika ia menunjukkan perhatiaannya terhadap kawan bicara dan atas topik pembicaraan yang berkembang.
Demikian pula dengan kondisi fisiknya. Di tengah kesibukan yang terkadang menyita waktu dan tenaga, ia senantiasa menyempatkan diri berolahraga secara rutin. Disamping rutin berolahraga, kegemaran dan kemampuannya berolah vokal kiranya juga ikut menjaga kondisi tubuhnya supaya tetap dalam kondisi sehat.



BERBAKTI KEPADA ORANG TUA


BERANILAH BERMIMPI DAN KEJARLAH MIMPI ITU


MEMBANGUN ITU SEPERTI MENANAM POHON 

PARA PEMIMPIN




Ditulis ulang bersama :
Dhimas Wicaksono, MTs N Cawas Kelas 8
Dari buku, BERSAKSI DITENGAH BADAI- Jenderal TNI Purnawirawan Wiranto

 
 

1 komentar:

  1. budi hartanto, Sherlly, Dessy dan Reynaldo Lesmana
    jl.mesjid pekojan 2 no 2b dan 2c
    pejagalan rt.07 rw.06

    kemampuan baca pikiran siapa saja (24 jam tanpa henti) , kemampuan muncul sejak lahir, gen menurun dari sang ibu dan saudarinya (sudah berjalan 3

    generasi) seperti frofesor xavier (xmen). anggota yg punya bakat yg sama berjumlah 10 orang (4 laki, 6 wanita).

    membantu menyelesaikan masalah pelik: korupsi, nepotisme, bongkar rahasia, jebakan dan kelemahan orang lain tanpa usaha, mengambil

    usaha/penghasilan orang lain tanpa usaha (mengetahui siapa suppliernya, agen,pegawai),dll

    dapat membaca pikiran orang yg jadi target hingga 10 orang secara bersamaan 24 jam setiap hari dimanapun mereka berada di indonesia.

    target dapat dibaca pikirannya tanpa masalah, jarak baca pikiran hingga ribuan km, sudah dibuktikan di lapangan.

    jgn anggap remeh informasi ini. ini berita nyata benar adanya dan teruji di lapangan, tolong sebarkan supaya bermanfaat bagi banyak orang.

    tempat usaha : Berkat Karunia Makmur , lindeteves centre ground floor 2 b12 no.1

    pengalaman selama 25 tahun, kelompok ini terlihat dari luar nampak biasa tetapi mempunyai ilmu hitam yg sering digunakan yaitu rontokin/botakin rambut,

    rheumatik di sekujur badan( sempoyongan, sebutan mereka), dan katarak pada mata.

    kelompok ini mempunyai 50 anak buah yg dapat mereka sebarkan di sepanjang jalan jika informasi ini disebarkan ke orang yg bisa benarin mereka.

    sherlly, dessy, Ray White Jakarta Garden City, Jl. Raya Cakung Cilincing KM 0.5 Rukan Avenue No.8-028 Jakarta 13910, Jakarta Timur, DKI Jakarta

    BalasHapus