Ir. Harsusanto, MM
(Direktur Utama PT Barata Indonesia, 2001-2007)
(Direktur Utama PT PAL Indonesia, 2007-...)
Tidak pernah terlupakan bagaimana asyiknya bermain gaple alias kartu domino
waktu zaman kuliah. Di dekat tangga kampus Teknik Elektro ITS di Sukolilo,
Surabaya segerombolan mahasiswa berkerumun. Tidak memandang angkatan, yang
penting happy. Maklum dosen belum datang. Mereka berharap sang dosen lupa
mengajar atau ada keperluan, kalau perlu sakit, supaya tidak jadi kuliah.
Momen-momen itulah yang membuat Harsusanto selalu tersenyum bila mengingat
sampai sekarang. Kini, Ir Harsusanto MM sudah menjabat sebagai Direktud Utama
PT PAL Indonesia (Persero).
Rupanya, keisengan semasa menjadi mahasiswa itu membawa berkah juga. Ketika
sedang tugas dinas di Madrid Spanyol, Harsusanto bersama rekannya sesama alumni
Teknik Elektro menjadi juara lomba gaple pada peringatan kemerdekaan di
Kedutaan Besar Republik Indonesia di Madrid.
Kalau ada pengalaman manis, tentu juga ada kenangan pahit. Bagi Harsusanto,
mengulang mata kuliah digital control sangat membosankan. Dia harus belajar
lagi untuk memperbaiki nilai semula yang cuma D. ”Males tenan!’’ ujarnya sambil
terbahak.
Dia menghabiskan waktu sekitar lima tahun untuk kuliah.”Mata kuliah favorit
saya praktikum elektronika,” katanya. Selama kuliah, Harsusanto pernah menjadi
Koordinaor Angkatan E-14, dan menjadi anggota senat mahasiswa. Dia akrab dengan
M Dalyono, Samsu Hidayat, Trisilawati dan Faqih Zuhdi.
Setelah lulus pada tahun 1979, dia bekerja di PT PLN sebagai Staf Direktur
Muda Teknik, Harsusanto hanya bertahan satu bulan bekerja di perusahaan setrum
negara itu. Selanjutnya dia bekerja di IPTN (Industri Pesawat Terbang
Nusantara). Sejak 1985 sampai 1997 dia
berturut turut menjabat sebagai Kepala Departemen Shop Divisi Fixed
Wing, Kepala Program Modifikasi tiga pesawat Boeing 737TNI AU menjadi pesawat
Maritime Survieller. Program itu berjalan atas kerjasama dengan Boeing, Amerika
Serikat. Dari IPTN, dia pindah ke BPIS (Badan
Pengelola Industri Strategis) sebagai Kepala Biro Rekayasa Rancang Bangun
hingga tahun 2000. Pada tahun itu BPIS berubah menjadi PT Bahana Pakarya
Industri Strategis (BPIS). Pada saat itu dia meneruskan pendidikan ke ITB di
bidang Manajemen Keuangan dan Perbankan sampai tahun 2001.
Dari tahun 2001-2002 dia dipercaya menjadi Vice President Business
Development. Lepas dari BPIS, dia menjadi Direktur Utama PT Barata Indonesia
pada tahun 2001 sampai tahun 2007. Di perusahaan ini, dia sukses membuat perusahaan
yang merugi sehingga untung. Ketika tahun 2007 dia ditugaskan menjadi Direktu
PT PAL Indonesia, PT Barata masih memiliki tabungan beberapa milyar rupiah.
Belum setahun menjabat, dia dipercaya sebagai Ketua Umum IPERINDO (Asosiasi
Industri Galangan Kapal dan Lepas Pantai). “Sampai sekarang,” ujar Harsusanto.
PT PAL Indonesia adalah industri perkapalan dan lepas pantai, selain
melakukan jasa pemeliharaan dan jasa perbaikan kapal serta general engineering.
Jumlah karyawannya mencapai 2400 orang karyawan tetap dan 1000 orang karyawan
tenaga kontrak. PT PAL mampu menggarap kapal niaga berbagai tipe sampai 50.000 DWT, kapal perang
sampai 60 meter, peralatan oil & gas onshore/offshore rig sampai dengan
3.500 ton, EPC untuk pembangkit listrik, EPC untuk bidang oil & gas, Jasa
Perbaikan Komponen Elektronik dan Mekanik Kapal, Jasa Design Engineering
Pembangunan Kapal Niaga/Kapal Perang. Target pasarnya bukan hanya domestik dan
regional tapi juga internasional.
Harsusanto pernah dianugerahi penghargaan kesetiaan 15 tahun di IPTN
Bandung, Satya Lancana Pembangunan Pemerintah RI 1995, The Best CEO BUMN untuk
kategori ‘Turn Around’ tahun 2004, serta penghargaan MURI untuk relokasi pabrik
PT Barata Indonesia tahun 2005.
Meski sukses dan menjadi pejabat
puncak di BUMN tidak membuat Harsusanto lupa pada almamaternya. Dia
banyak terinspirasi pada almarhum Ir Soetikno, dosen pembimbingnya tugas akhir.
Harsusanto membuat karya tugas akhir tentang pembuatan Design Monolithic
Integrated Circuit. Teknologi saat itu tergolong baru dan belum dikenal banyak
orang di Indonesia, khususnya di lingkup perguruan tinggi. Ir Soetikno yang
baru kembali dari tugas belajar di Amerika Serikat pun dipilihnya menjadi
pembimbing. Ir Soetikno tiada henti-hentinya
mendorong Harsusanto agar terus mendalami tugas akhirnya. Dia diminta
membaca buku-buku yang dibawanya dari Amerika Serikat. “Dan hasilnya waktu
ujian saya mendapatkan nilai A!” ujarnya.
Menurut dia, semangat dan keyakinan itu dibangun oleh setiap individu
masing-masing, bukan oleh orang lain. Sedikit banyak ilmu yang dipelajari di
kampus ITS membantunya untuk berpikir sistematis, menyeluruh dan logis.
Selanjutnya ilmu yang saya pelajari di luar kampus ITS membantu Harsusanto
untuk dapat berpikir lebih strategis, dan bertindak secara efektif.
Pesan alumni ITS pun tidak dipungkirinya. Ketika masih magang di PLN,
beberapa alumni ITS yang sudah lebih dahulu bekerja di IPTN Bandung mengajaknya
bergabung dengan perusahaan bergengsi itu. Kala itu, memang industri
penerbangan sedang digalakkan dengan ujung tombaknya Menteri Riset dan
Teknologi BJ Habibie. Para alumni ITS memberikan penjelasan yang gamblang
mengenai masa depan industri pesawat. Akhirnya Harsusanto pun pindah dan
“Pilihan saya ternyata tidak salah!”
Selama menjalani karirnya, hambatan yang paling menyulitkan adalah ketika
menghadapi atau menunggu keputusan yang diharapkan cepat, namun terkendala
birokrasi. Masalah menjadi berat ketika berkaitan dengan penentu kebijakan di pemerintah. Tentu lingkungan
BUMN maupun badan pemerintah tidak bisa sebebas perusahaan swasta.
Solusinya mesti sabar sambil berusaha bertahan dan tetap melakukan
pemantauan sampai dimana posisi keputusan yang diharapkan segera muncul. Tapi
Harsusanto beruntung, selama berkarir tidak pernah merasa bersaing dan tidak
pernah merasa mempunyai saingan. Yang pasti, selama kariernya Harsusanto harus
selalu bisa menyelesaikan permasalahannya. Memang mengatasi permasalahan dan
konflik tidak selalu mudah.
Ada pepatah yang menyebutkan bahwa pemimpin
yang baik adalah mereka yang dapat mendengarkan ide, mulai dari ide gila sampai
ide brilian. Harsusanto mencoba untuk menerapkan pepatah itu. Namun apabila
dia sudah mengambil keputusan, maka semua lapisan harus mengikuti arah dan pedoman yang digariskan. Selanjutnya
dia melakukan pengawasan terpadu. Kemudian menjatuhkan reward dan punishment
yang sesuai. Biasanya, Harsusanto menyelesaikan konflik dengan cara duduk
bersama satu meja untuk membedah masalah. Kalau permasalahan sudah ditemukan,
segera diambil keputusan yang disepakati bersama sebagai aturan main.
Kiat mencapai sukses dalam hidup dan karier versi Harsusanto sederhana tapi
manjur. Dia berupaya tidak mudah berputus asa, setiap menghadapi persoalan.
Selalu berusaha mencari jalan keluar. Jangan lupa mengkombinasikan kerja dengan
menyalurkan hobi. Untuk penyegaran, Harsusanto selalu membaca buku-buku untuk
melatih reaksi berpikir. Kalau menghadapi kendala, dia juga tidak ragu mencari
tahu jalan keluarnya dari pihak-pihak yang dinilai mengetahuinya tanpa rasa
malu. “Yang terakhir, jangan lupa guyon bersama anak, istri dan teman teman,”
ujarnya.
Tanpa kiat yang tepat, Harsusanto yakin persoalan tidak mudah diselesaikan.
Apalagi, dalam bidang kerjanya sekarang yang sebenarnya strategis bagi
pembangunan bangsa. PT PAL Indonesia adalah 100 aset Bangsa Indonesia. Itu
sebabnya PT PAL mutlak dibutuhkan serta kini terus dikembangkan. Dalam situasi
damai, PT PAL Indonesia bisa berkontribusi pada sektor pembangunan industri
serta sektor ketenagakerjaan. Adapun dalam masa perang, PT PAL Indonesia
sanggup membangun kapal-kapal perang dan tank amphibi. Apalagi industri
perkapalan dan lepas pantai sangat bagus masa depannya karena Indonesia adalah
negara maritim. Sedangkan ITS adalah perguruan tinggi pertama di Indonesia yang
mempunyai Fakultas Perkapalan, sehingga klop antara industri dan perguruan
tinggi.
Sekarang yang mestinya diupayakan adalah end user produk PT PAL. Kendalanya
adalah sangat sedikit industri penunjang. Indonesia masih mengimpor sekitar 65
persen peralatan dan bahan mentah untuk industri perkapalan. Salah satu
solusinya adalah bersinergi antara Departemen Perindustrian dan Asosiasi
IPERINDO, untuk menumbuhkan industri penunjang dengan jaminan pasar tentunya.
“Local content dan penerapan SNI (Standar Nasional Indonesia) kita dorong
bersama”, ujarnya. Berdasarkan pengalamannya yang panjang di BUMN dan industri
strategis, Harsusanto mengingatkan agar berhati-hati dalam mengambil keputusan.
Kini situasi dan kondisi hukum di Indonesia masih belum berazaskan kebenaran
dan keadilan. Saat ini kebenaran dan keadilan masih relatif dan bukan merupakan
sesuatu yang hakiki dan mutlak. “Jadi be careful bung!”
Namun bukan berarti hal itu membuat kita takut berbuat. Ketertinggalan dari
negara lain harus menjadi cambuk bagi kita untuk mengejarnya. Kuncinya kemauan,
kemampuan dan nasib baik. Harsusanto menyatakan tidak tahu bagaimana Indonesia
sampai kalah bersaing.Harsusanto menjelaskan di jalan MH Thamrin Jakarta banyak
dijejali gedung-gedung megah. Mal di Indonesia tidak kalah dengan Singapore dan
negara-negara lain. Tapi faktanya orang Indonesia sering berbelanja ke luar
negeri. Mungkin saja ini masalah budaya.
Harsusanto berharap, ITS dapat menjadi perguruan tinggi terkemuka baik di
kawasan regional dan internasional, mempunyai kampus yang bagus, bersih dan
terawat. Yang tak kalah penting adalah mempunyai dosen yang pandai dan mumpuni
serta disegani dan menjadi panutan. "Selain itu dapat melahirkan pemenang Nobel,
Insya Allah,” kata Harsusanto.
BERBAKTI KEPADA ORANG TUA
BERANILAH BERMIMPI DAN KEJARLAH MIMPI ITU
MEMBANGUN ITU SEPERTI MENANAM POHON
PARA PEMIMPIN
BERBAKTI KEPADA ORANG TUA
BERANILAH BERMIMPI DAN KEJARLAH MIMPI ITU
MEMBANGUN ITU SEPERTI MENANAM POHON
PARA PEMIMPIN
|
BalasHapusDaftar Sekarang !!!Min Depo : Rp 25.000,-
BONUS NEW MEMBER 10%
BONUS HARIAN HINGGA 5%
KETERANGAN LEBIH LANJUT HUBUNGI :
LIVE CHAT 24 JAM
Line : HOBI4D
Instagram : HOBI4D_COM
Whatsapp : +6282286284064
DISCOUNT TOGEL UNTUK PASARAN :
NEW GUINEA – SINGAPORE – INDOSAT
Discount 4D : 66.00% , 3D : 59.50% , 2D : 29.50%
Discount untuk Pasaran :
SYDNEY – HONGKONG
Discount 4D : 66.00% , 3D : 59.00% , 2D : 29.00%