Jenderal TNI Purnawirawan Wiranto, seorang jenderal yang jujur dan berwibawa. Dalam perjalanan dengan naik andong-atau dalam istilah lain dokar-untuk tujuan pindah bermukim dari Yogyakarta ke Solo, kuda yang membawa kami mati dalam perjalanan, ” begitulah Wiranto mengenang sekelumit kisah orangtuanya pada masa serbuan Belanda ke Yogyakarta. Saat “mengungsi” bersama keluarganya itu, Wiranto kecil baru berumur satu bulan. Kisah orangtuanya itu rupanya begitu membekas dalam kenangan.
Wiranto sendiri
tidak pernah membayangkan bahwa suatu saat ia akan menduduki jabatan tertinggi
dalam TNI dan bahkan karena profesi yang digelutinya dengan tekun itu, telah
membawanya sempat dekat dengan Orang Nomor Satu di negeri ini, yakni presiden
RI. “Itu bukan obsesi saya, mungkin itulah garis kehidupan,” ujar Wiranto.
“Alhamdulillah,
kalau kemudian Tuhan telah memungkinkan saya mencapai posisi tertinggi,
Jenderal bintang empat, dan karier saya di TNI,” tambah Wiranto. Dalam
perjalanan menapak karier di TNI yang bagi sebagian kalangan terkesan mulus,
ternyata bagi Wiranto sendiri tidak demikian. “Hanya dengan ketekunan,
kejujuran, dan disiplinlah semua ini bisa diraih,” ujarnya. Tampaknya
Wiranto ingin mengatakan bahwa tak ada hasil terbaik yang bisa diraih tanpa
kerja keras, keringat, dan mungkin tetesan air mata.
Mengenang masa
kecil Wiranto banyak hal yang bisa di telusuri dari kehidupan Jenderal yang
dilahirkan di Yogyakarta, yang merupakan pusat kebudayaan Jawa, masa kecilnya
dijalani dengan segala suka dukanya di salah satu pusat kebudayaan jawa yang
lain, yakni Solo, dikota inilah Wiranto menghabiskan masa kanak-kanaknya dan
menempuh pendidikan formalnya dari sejak sekolah dasar (SD) hingga sekolah
menengah atas (SMA).
Semasa kecil,
Wiranto sering dipanggil mas Ento. Karip kerabat dan teman-teman kecilnya pun
memanggil Wiranto dengan sebutan Ento. Orangtua dan kakaknya memanggilnya Ento.
Sedangkan adiknya tentu saja memanggil mas Ento. Nama Wiranto sendiri diberikan
oleh ibunya yang diambil dari kata Jawa wira
dan anto yang artinya anak berani
atau anak yang kelak diharapkan selalu mengedepankan kebenaran. Itulah barang
kali harapan sang ibu.
Wiranto kecil
dibesarkan dalam lingkungan keluarga bersahaja. Bahkan bisa dibilang cenderung
pas-pasan. Ia putra keenam dari sembilan bersaudara. Ayahnya seorang kepala
sekolah rakyat (SR) kini setingkat SD. Penghasilan Pak Mantri-sebutan ayahnya,
yang sebenarnya bernama Wiro Wiyoto-tentu saja tidak mencukupi kebutuhan
keluarganya. Karenanya, pola hidup sederhana sudah tertanam sejak dini dalam
keluarganya dan juga bagi dirinya. Mungkin itulah sebab itulah Wiranto kecil
tak pernah menikmati perayaan hari kelahirannya yang jatuh pada tiap 4 April.
Tak ada pesta ulang tahun untuk putra kelahiran Yogyakarta itu.
Meskipun hidup
sederhana, Wiranto dan keluarga tidak pernah menghalalkan segala cara untuk
memenuhi kebutuhan dan meraih harapannya. Rupanya daya tahan dan pengendalian
diri memang tumbuh pula bersama tempaan hidup masa kecil. Bagaimana tidak,
sejak kecil Wiranto sudah harus bisa dan terbiasa mengendalikan keinginan dan
pengaruh lingkungannya dibanding melakukan tindakan yang bertentangan dengan
prinsip kejujuran dan hal-hal diluar kemampuannya. Kiranya dengan kehidupan
yang sederhana itulah, membuat Wiranto bersaudara hidup rukun dan penuh
keakrapan. Kesulitan hidup yang dihadapi, mendorong mereka untuk saling
mendukung dan saling berbagi. Sikap proaktif dan kerja keras juga telah menjadi
bagian dari kehidupan mecil Wiranto. Ia menyadari dari kondisi ekonomi keluarganya
yang pas-pasan. Keadaan itu membuat Wiranto kecil cukup prihatin. Semua
dilaluiya dengan tabah. Sejak kecil, orangtuanya senantiasa menasehati agar ia
memiliki keyakinan yang kuat dan ketakwaan yang tinggi.
Wiranto kecil juga
dididik untuk selalu hidup berdisiplin. Ia, misalnya sudah harus bangun pagi
mungkin untuk membantu tugas-tugas keluarga. Watak, sifat dan kedisiplinannya
mewarisi karakter dan kedisiplinan ayahnya yang berprofesi sebagai guru yang
juga mendalami kebatinan Jawa. Ibunya, yang dikenal sangat ketat dan tegas
paling berperan dalam membentuk kepribadian Jenderal Wiranto. Hidup serba
pas-pasan bukan berarti tak punya cita-cita. Rasa prihatin dan tempaan hidup
justru semakin menambah keyakinan Wiranto akan cita-citanya. Sejak kecil kalau
ditanya, ia mau jadi apa. Jawabnya, ia ingin jadi tentara. Rupanya sejak dini
Wiranto sangat mendambakan menjadi tentara. Kalau ada anggota keluarga yang
ingin bepergian, Wiranto kecil biasanya ditanya, “Ingin oleh-oleh apa?” Dia
selalu menjawab dibelikan topi baja.
Namun bersamaan
dengan pertumbuhan usia, cita-citanya sempat berubah. Ketika remaja ia sempat
berpikir bahwa ingin menjadi seorang Arsitek. Namun cita-cita itu tidak
kesampaian karena faktor ekonomi. Akhirnya Wiranto masuk AMN yang gratis.
Di kalangan
saudara-saudaranya Wiranto banyak memiliki ide dan pemikiran yang cukup kritis
dan inovatif. Ia sering membuat kegiatan-kegiatan yang sifatnya baru. “Sehingga
teman yang lain menjadi sangat senang,” kenang Sunaryo yang tinggal berhadapan
persis dengan rumah keluarga Wiranto.
“Sikap lain yang
cukup menonjol adalah kemandirian yang dibuktikannya sejak kecil,” lanjut
Sunaryo. Ketika Wiranto kecil bersekolah TK, ia tidak pernah lagi diantar.
Bahkan jika berangkat SD dan SMP pun
ditempuhnya dengan jalan kaki, meskipun jarak sekolah cukup jauh.
Wiranto termasuk
anak yang pandai di kelasnya sejak TK, SD, SMP dan SMA. Tak heran, kalangan
teman-temanna sepermainan, Wiranto kecil menjadi pemimpin dan panutan. Karena
sikap kemandirian, tanggung jawab dan kepandaiannya, Wiranto disukai
teman-temannya.
Dalam pandangan
Sunaryo, Wiranto kecil, Wiranto remaja dan dewasa hingga kini tetap saja.
Sikapnya tidak banyak berubah. Wiranto dilihatnya termasuk anak yang konsisten.
Sehingga menurut pengakuan orang-orang dekat Wiranto, meskipun sudah menjadi
panglima dan menteri, Wiranto masih tetap menunjukkan sikapnya seperti yang
mereka kenal dulu, seorang yang pendiam dan dengan sikapnya yang konsisten.
Selain tertarik
dengan seni suara, Wiranto juga gemar olahraga. Ia sangat menyukai bulutangkis,
golf dan tenis lapangan. Mungkin ini pula yang kemudian membuat Wiranto merasa
terpanggil menggeluti dunia olahraga. Kegemaran berolahraga inilah yang
kemudian menempatan Wiranto menjadi Ketua Umum Bridge Seluruh Indonesia (GABSI)
yang dibawanya menjadi juara dunia tahun 2000. Bahkan sebelumnya ia juga sempat
menjabat Ketua Umum Federasi Karatedo Indonesia (FORKI).
Kedudukan dan
posisi Jenderal Wiranto sebenarnya bisa dimanfaatkan, khususnya oleh anggota
keluarganya. Namun, tak ada satupun keluarganya yang memanfaatkan posisi
Wiranto untuk keuntungan fasilitas keluarga. Keluarganya tetap ingin memilih
hidup sederhana. “Pihak keluarga juga menyadari tidak ingin sama sekali
mendapat keuntungan dari posisi Wiranto untuk kepentingan keluarga,” tutur
kedua kakaknya.
“Saya tidak melihat
keluarga besar Wiranto memanfaatkan kedudukannya untuk kepentingan, baik
politik, status, maupun finansial. Tidak ada perubahan sikap dari keluarga
besar Wiranto dalam hubungan dengan lingkungannya meskipun salah satu
keluarganya memiliki posisi penting,” papar Kol. Heru yang menjabat Danrem Solo
menilai. Begitu pula penilaian masyarakat sekitar tempat keluarga besar Wiranto
berada. Mereka sama sekali tidak merasa ada perubahan dari keluarga atau
familli wiranto. Tidak ada sikap eklusifisme dari keluarga atau famili Wiranto.
Justru yang lebih menonjol dari keluarga besar Wiranto adalah kesederhanan.
“Bahkan kepada
Korem maupun Kodem yang nota bene satuan bawah pak Wiranto, keluarga Wiranto
sangat mengambil jarak. Keluarga Wiranto juga menolak bantuan maupun uluran
tangan yang diberikan oleh Korem pada acara-acara tertentu. Mereka sangat
hati-hati untuk menerima tawaran dari Korem bila dirumah nya ada acara-acara
keluarga. Demikian juga dengan Wiranto, apabila ke Solo beliau tidak pernah mau
menerima fasilitas dan akomodasi dari Korem. Bahkan sering kali dilakukan tanpa
protokoler,“ tambah Kol. Heru melanjutkan ceritanya.
Walau yang tumbuh
pada pribadi Wiranto tampaknya tidak lepas dari didikan kuat ibunya. Ada kisah
sederhana yang cukup menarik. Suatu ketika kepada ibunya yang sudah sepuh,
Wiranto akan mengiriminya sebuah mobil.
Tapi ibunya menolak. Katanya, “Bagaimana nasib nanti tukang becak langganan
saya yang mangkal di ujung gang jalan sana?” Kemudian ketika ia akan
memperbaiki rumah tinggal keluarganya, ibunya pun keberatan, khawatir kalau
para tetangga justru tidak datang lagi. Akhirnya rumah tempat tinggal mereka di
Solo hingga ibunya wafat dibiarkan sampai keropos.
Saat ini rumah
tempat tinggal keluarga Wiranto diperbesar dan dibangun dalam bentuk rumah
padepokan yang terbuka dan digunakan untuk kepentingan kegiatan kampung seperti
pengajian, arisan atau bahkan pengantenan.
Raut mukanya yang
keras dan pembawaannya yang tenang memberikan kesan Wiranto adalah sosok
pendiam. Apalagi memang sedikit berbicara, kalau bicara seperlunya saja. Inilah
kesan pertama yang akan terasa bagi mereka yang pertama kali bertemu dengan
Jenderal Wiranto. Namun, kesan itu akan segera hilang ketika ia menunjukkan
perhatiaannya terhadap kawan bicara dan atas topik pembicaraan yang berkembang.
Demikian pula
dengan kondisi fisiknya. Di tengah kesibukan yang terkadang menyita waktu dan
tenaga, ia senantiasa menyempatkan diri berolahraga secara rutin. Disamping
rutin berolahraga, kegemaran dan kemampuannya berolah vokal kiranya juga ikut
menjaga kondisi tubuhnya supaya tetap dalam kondisi sehat.
BERBAKTI KEPADA ORANG TUA
BERANILAH BERMIMPI DAN KEJARLAH MIMPI ITU
MEMBANGUN ITU SEPERTI MENANAM POHON
PARA PEMIMPIN
BERBAKTI KEPADA ORANG TUA
BERANILAH BERMIMPI DAN KEJARLAH MIMPI ITU
MEMBANGUN ITU SEPERTI MENANAM POHON
PARA PEMIMPIN
|
budi hartanto, Sherlly, Dessy dan Reynaldo Lesmana
BalasHapusjl.mesjid pekojan 2 no 2b dan 2c
pejagalan rt.07 rw.06
kemampuan baca pikiran siapa saja (24 jam tanpa henti) , kemampuan muncul sejak lahir, gen menurun dari sang ibu dan saudarinya (sudah berjalan 3
generasi) seperti frofesor xavier (xmen). anggota yg punya bakat yg sama berjumlah 10 orang (4 laki, 6 wanita).
membantu menyelesaikan masalah pelik: korupsi, nepotisme, bongkar rahasia, jebakan dan kelemahan orang lain tanpa usaha, mengambil
usaha/penghasilan orang lain tanpa usaha (mengetahui siapa suppliernya, agen,pegawai),dll
dapat membaca pikiran orang yg jadi target hingga 10 orang secara bersamaan 24 jam setiap hari dimanapun mereka berada di indonesia.
target dapat dibaca pikirannya tanpa masalah, jarak baca pikiran hingga ribuan km, sudah dibuktikan di lapangan.
jgn anggap remeh informasi ini. ini berita nyata benar adanya dan teruji di lapangan, tolong sebarkan supaya bermanfaat bagi banyak orang.
tempat usaha : Berkat Karunia Makmur , lindeteves centre ground floor 2 b12 no.1
pengalaman selama 25 tahun, kelompok ini terlihat dari luar nampak biasa tetapi mempunyai ilmu hitam yg sering digunakan yaitu rontokin/botakin rambut,
rheumatik di sekujur badan( sempoyongan, sebutan mereka), dan katarak pada mata.
kelompok ini mempunyai 50 anak buah yg dapat mereka sebarkan di sepanjang jalan jika informasi ini disebarkan ke orang yg bisa benarin mereka.
sherlly, dessy, Ray White Jakarta Garden City, Jl. Raya Cakung Cilincing KM 0.5 Rukan Avenue No.8-028 Jakarta 13910, Jakarta Timur, DKI Jakarta