Prof. Ir. WIDODO M.Sc, Ph. D
(Guru Besar UII Yogyakarta)
“Guru Besar adalah jabatan akademik keduniaan yang diinginkan oleh banyak
orang. Tapi Guru Besar bukanlah segalanya.Bukankah orang-orang yang paling
beruntung adalah orang yang paling bertaqwa kepada Allah?” Adalah ungkapan dari seorang Prof. Widodo di
hadapan Sidang Senat Terbuka Universitas Islam Indonesia Yogyakarta pada tanggal 18 Oktober 2003. Pak
Widodo adalah Guru Besar pertama di Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UII. Bidangnyapun amat
langka, yaitu gempa bumi. Dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional,
Prof Widodo itu termasuk Guru Besar untuk mata kuliah Mekanika Tenik FTSP UII.
Judul pidatonya adalah “Rekayasa Bangunan Sipil di Daerah Rawan Gempa; Sumbangan
Terhadap Kemanusiaan. Beliau adalah Guru Besar ketiga di lingkungan kampus UII
Yogyakarta, universitas Islam tertua di Indonesia.
Apa kunci sukses Pak Widodo meraih jabatan tertinggi bagi dosen perguruan
tinggi itu? Keluarga, yaitu orang tua yang turut membesarkannya, istri dan
anak-anak yang turut serta mengantarkannya meraih sukses.
Orang tua Pak Widodo adalah seorang petani sederhana dan taat beribadah.
Berasal dari desa Karangasem, Tanon, Sragen Jawa Tengah. Ayahnya Kamin
Pawirodikromo dan ibunya Tugiyem, “Beliaulah yang menanamkan kasih sayang
kepada kami,” aku Pak Wid. Sebagai petani beliau mendidik dan memberikan
contoh, memberikan petunjuk dan mendorong untuk belajar. Juga berkorban apa
saja dan selalu mendoakan semua
putra-putrinya untuk meraih yang dicita-citakan.
Pendidikan Pak Wid tergolong lancar dan bahkan cepat. Setelah menamatkan
Sekolah Rakyat Negeri di Karangasem, Tanon Sragen tahun 1965, kemudian hijrah
ke kota ke Sekolah Teknik Negeri I Purwonegaran, Surakarta dan Sekolah Teknik
Menengah Ganeca Surakarta. Lulus tahun 1971, ia mengambil kuliah Jurusan Teknik
Sipil UII. Sejak sarjana tahun 1980, Pak Widodo diangkat menjadi dosen tetap di
FSTSP-UII, yang diangkat oleh Badan Wakaf UII.
Tahun 1987 ia lulus dari studi Master of Science teknik sipil di College
Engineering University of Philiphinnes. Selanjutnya di tahun 1992 memperdalam
ilmu gempa di University of Canterburchy
di New Zeland dan lulus tahun 1995. “Layanan Engineering Librarian dan
Laboratory Staff sangat familier tetap terkenang sampai sekarang. Gaya
membimbing dosen yang dekat, akrab, hangat dan ceria sangat memperlancar proses
studi hingga lulus tepat waktu. Suatu pengalaman yang berharga. Model
pembimbing seperti itu perlu ditiru dan diterapkan di UII.”
Mengenai orang tuanya, ada wasiat yang cukup bagus. Khusyu’lah shalat,
rukunlah di antara saudara dan rukunlah dalam kehidupan bermasyarakat. Keduanya
telah almarhum dan telah tidak sempat menyaksikan putranya menjadi Guru Besar.
Semua atas jasa beliau yang selalu mendoakan terutama sehabis shalat.
Keluarga sendiri juga menjadi
sumber kekuatan, istrinya tercinta Ninik Sunartiningsih dan tiga anak
titipan Allah yang disebutnya S3 tetap
‘sabar, setia dan selalu menjadi sumber kekuatan. Ayah dari Titang Danar
Raharjo, Stevan Chondro Suryono dan Sierra Elafansa Ratnasari itu merasakan
kekuatan tambahan dengan adanya keluarga. “Baik itu susah, terutama selama
ditinggal saat studi lanjut di luar negeri, maupun di kala senang yaitu ketika
keluarga berkumpul, sehat walafiat. Sampai pengukuhan guru besar” kata Pak Wid.
Selama 23 tahun berkarier di Perguruan Tinggi besar Islam tertua, beliau
selalu mengajar, meneliti dan mengabdi pada masyarakat. Ia merintis pusat studi
gempa dengan nama Center for Earthquake
Engineering, Dynamic Effects and Disaster Studies (CEEDEDS). Pusat studi di
FTSP UII ini telah mendapatkan bantuan dari pemerintah Jepang dan dalam waktu
dekat akan memulai penyuluhan dan pelatihan kepada masyarakat tentang
pengetahuan praktis kegempaan. ‘Mengembangkan
ilmu itu wajib hukumnya. Ilmu yang diajarkan hendaknya dapat dipakai di
masyarakat. Bila demikian UII akan menghasilkan orang orang survive, berperan
dan bermafaat untuk masyarakat dan alam sekitar” pesan Pak Wid.
BERBAKTI KEPADA ORANG TUA
KESEMPATAN MUNGKIN HANYA DATANG SATU KALI
MEMBANGUN ITU SEPERTI MENANAM POHON
PARA PEMIMPIN
BERBAKTI KEPADA ORANG TUA
KESEMPATAN MUNGKIN HANYA DATANG SATU KALI
MEMBANGUN ITU SEPERTI MENANAM POHON
PARA PEMIMPIN
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar