Ir ABDUL AZIES BAHALWAN
(Dirut PT Serambi Alam Semesta)
(Komisaris Utama PT Safarindo Internusa)
(Komisaris Utama PT Little Bagdad Internusa)
“Dulu sebenarnya saya ndak mau masuk ITS, karena secara
keuangan tidak memungkinkan, kenang Azies Bahalwan. Mantan Vice President
berkaryawan ratusan orang ini sempat
mengalami nasib tak menentu sebelum kuliah. Hari demi hari pun ia lalui dengan
merenungi diri, sembari menghimpun keberanian untuk melanjutkan pendidikan.
Suatu hari, tatapan matanya tiba-tiba terpaku pada sesuatu di hadapannya.
Seorang hippies tengah berdiri mengenakan kaos oblong
bergambar lari maraton. Gambar si pemenang di depan, sedangkan yang lain
membuntuti di belakang dalam bentuk arsiran. Sebuah kalimat tertulis jelas pada
kaos itu: “Winner Never Quit And Quitter Never Win”, Seorang Pemenang tidak
akan pernah menyerah dan Seorang yang menyerah tidak akan pernah menang.
Kendati waktu itu masih lulusan SMA, pria muda itu betul-betul dapat
mencerna makna kata-kata yang dibacanya. “Sewaktu kecil saya suka mengantarkan nenek ke dokter. Suatu
kali, sambil menunggu nenek selesai periksa, saya belajar matematika (dulu
disebut berhitung). Waktu itu mau ulangan. Dokter kemudian keluar dan bertanya:
“Zies, kamu belajar apa?” ‘Berhitung Dok’, jawab saya. ‘Mbok belajar yang
lain.’ ‘Apa Dok?’ Dia bilang : ‘Kalau kamu bisa bahasa Inggris, kamu bisa
ngomong sama orang luar negeri.’ Sejak saat itulah saya terpacu dan hobi
belajar bahasa Inggris, sehingga saya bisa menangkap dengan baik arti jargon
pada kaos tersebut,” demikian Azies Bahalwan mengisahkan.
Kalau membaca, siapapun bisa. Tetapi pemuda ini tahu arti kata-kata asing
itu. Dan bukan hanya tahu, dia berusaha berpikir lebih. Sebuah pepatah
mengatakan, “Yang disebut
dengan penemuan (invention) adalah kemampuan seseorang melihat sesuatu
sebagaimana orang lain melihat, namun dia berpikir berbeda.” Semua orang
tahu kalau kayu digergaji maka yang akan keluar adalah serbuk gergaji. Sampai
suatu saat ada yang melihat bahwa serbuk gergaji itu dikumpulkan dan diberi
obat, maka akan menjadi obat nyamuk. Di dasari pemahaman bahasa Inggris yang
sedikit lebih ketika itu, juga kemauan
untuk berpikir lebih dan berbeda, pria ini pun bangkit dan kuliah.
Bergelut dengan dunia kampus, Azies mendulang pengalaman yang cukup prestisius.
Belitan biaya tidak menyurutkan semangatnya untuk menjadi yang terbaik. Saat
tingkat III (belum ada semester saat itu), dia diutus ke Irian dan Ambon.
Bersama beberapa mahasiswa dan tim dosen, dia ikut dalam optimalisasi
penerimaan sinyal radio RRI di kedua wilayah tersebut untuk mengantisipasi
Pemilu 1982. Tak hanya itu, pada tingkat
IV, pria ini yang sangat termotivasi oleh pesan neneknya ini juga dikirim ke
Australia untuk mengikuti vacation training selama sebulan penuh, oleh
perusahaan bernama Schlumberger. Sebuah kesempatan yang sangat langka saat itu,
karena hanya dua mahasiswa yang berhasil meraihnya.
Sepulang dari Australia, Azies berkeyakinan bahwa dirinya kelak pasti
diterima bekerja di Schlumberger. Keyakinan yang sungguh wajar pada masa itu,
sebab gaji di perusahaan itu memang setimpal 3000USD. Namun fakta berbicara
lain. Karena telat masuk ITS, pelahap buku How
To ini lulus pada usia melebihi yang disyaratkan Schlumberger. Patut
disayangkan memang, tapi begitulah roda kehidupan berjalan.
Azies akhirnya bergabung dengan Metrodata, perusahaan yang bergerak bidang
penjualan komputer. Hanya empat tahun dia di sana. Tetapi empat tahun itu telah
menempa dirinya menjadi sosok baru, salesman
handal. Fase kedua sekaligus terakhir sebagai pekerja dilalui pria ini di
Humpus Trading. Sepuluh tahun dia berkarier di situ; masuk sebagai salesman dan
pensiun sebagai vice president.
Apa yang membuat pria penyuka astronomi ini sangat pesat dalam karier?
Rahasianya ternyata sangat sederhana dan kiatnya bisa diterapkan oleh siapa
saja : (1) selalu percaya diri, karena hal itu pasti membuat kita tampil beda;
(2) efektif saat bicara dan menulis; (3) pick good people, pilih anak buah yang
baik serta membawa anak buah terbaik ke puncak karier dan prestasi; (4) high
visibility alias mudah bergaul sehingga tampak dimana-mana; (5) look-like
bussinessman di hadapan teman atau atasan.
Lebih lanjut Azies memberi resep sukses sebagai pekerja. Menurutnya
pekerjaan itu seperti tumor, jika tidak cepat-cepat diatasi akan menjadi
kanker. Semakin ditunda-tunda, semakin berat pula pekerjaan dituntaskan. Agar
cepat dipromosikan, penikmat lagu-lagu heroik dan patriotik ini menyarankan
agar selalu mengerjakan sesuatu tepat pada waktunya, atau malah sebelum
waktunya. Di samping waktu, hasil menurutnya juga penting diperhatikan.
Tanamkan tekad pada diri anda : “I want to deliver more than they’d expected!”
Lalu selalu tanyai diri anda : “Am I making the best use of my time now?” Dan
sering-sering mengevaluasi diri dengan ungkapan Zig Ziglar: “A goal is a dream
with deadline”. Sebuah
goal tanpa deadline hanyalah dream belaka. Begitulah resep sukses pria yang
dulu sempat berburu dan mengoleksi senjata api terbaru.
Berhenti dari tempat kerja yang kedua, Azies memutuskan untuk menggeluti
dunia usaha. Mampu mengakhiri status sebagai pekerja di tahun ke 14 merupakan
sebuah prestasi tersendiri bagi pria ini. Sebab, sejak awal dia telah
menargetkan bahwa 15-20 tahun setelah bekerja, dirinya akan bekerja di bidang
dimana dia akan digaji untuk apa yang dia ketahui dan bukan apa yang dia
kerjakan.
Komisaris utama distributor makanan impor ini juga meyakini bahwa keputusannya menerjuni dunia wirausaha
sudah sejalan dengan sebuah teori dalam elektronika bahwa amplifier yang high
quality pasti narrow band, sedangkan amplifier yang wide band pasti faktor
Quality-nya rendah. Untuk bisa
berkualitas tinggi di dunia usaha, kita harus sempit (menekuni suatu bidang
tertentu saja). Sempit pengalaman di bidang-bidang lain tentunya, tetapi sarat
pengalaman dengan pengalaman di bidang
yang pernah digelutinya. Inilah teori yang membuat dia yakin mendirikan dan
menggeluti perusahaan di macam-macam bidang.
Falsafah Azies adalah bahwa mereka yang tidak pernah
bekerja lebih untuk apa mereka diperkerjakan, umumnya tidak mendapatkan hasil
lebih dari yang biasa mereka dapatkan. Mantan aktivis senat mahasiswa ini kemudian menarik
pemahaman, “Saya berusaha menciptakan lapangan pekerjaan, saya akan
mendapatkan earning (bayaran) atau jatah lebih dari pada kalau saya menjadi
pegawai.”
Begitulah, seiring waktu, Azies akhirnya benar-benar keluar dari bidang
yang pernah dipelajarinya. Tak mau kehilangan kohesivitas dengan akar
akademinya hingga sekarang dia masih menjadi anggota IEEE (Institute of Electrical And Electronic
Engineer), sebuah membership internasional yang memberikan semacam ISO (International Standard Organization),
standar untuk semua peralatan listrik dan elektronika. Dia juga berperan dalam
ikatan alumni ITS. Bahkan, kantor maupun kafenya menjadi pos berkumpulnya anak
anak ITS. “Buat saya, kesamaan anak anak ITS itu satu: saling mencari alumni
yang lainnya. Saya sendiri senang membantu alumni ITS. Tetapi saya mendapatkan
laporan dari banyak alumni bahwa orang-orang ITS yang telah berada di posisi di
atas enggan membantu alumni yang lain. Takut ketahuan bahwa dirinya ITS. Itu
yang saya sayangkan”, ungkap Azies
Meskipun dekat dengan para pejabat negara, dan politisi senayan, pemilik
cafe non alkohol di Kemang Jakarta Selatan ini mengaku tidak mau neko-neko
dalam bisnis. Pengakuan ini tidak lantas mencerminkan visi bisnisnya, melainkan
visi dia tentang kebahagiaan. Sebuah
momen titik-balik telah mengubah cara pandang pria ini terhadap arti kata memiliki. Sejak SMP, Azies ingin punya sepeda motor. Tetapi
keinginan itu baru terwujud pada tingkat V di ITS. Itupun bukan motor baru.
Namun kebahagiaan yang dirasakannya itu sungguh sangat luar biasa. Tiga bulan
girap-girap, tiap malam dia elap sepeda motor itu. Satu dasawarsa kemudian,
saat memiliki Harley Davidson yang ke 9, kehampaan makna begitu kuat mendera. “Dimana
kenikmatan punya motor yang seperti dulu?”
Akhirnya Azies menyimpulkan bahwa memiliki itu secukupnya saja. Dalam
konteks perusahaan, secukupnya berarti hal-hal yang bisa membahagiakan diri,
keluarga dan karyawannya. Visi ini memang saya akui memang salah, karena kurang
agresif. Tetapi visi ini cocok untuk diri saya. Lebih-lebih capaian dia sekarang
ini sudah luar biasa dibandingkan dengan janji ketika dipersaksikan kepada
orang-orang. “Janjine nggak ngono, saya cuma pingin punya toko kecil”,
kenangnya.
Selain dikenal religius dan akrab dengan semua kalangan. Azies ternyata
memiliki kebiasaan unik. Setiap tanggal 17 Agustus dan 5 Oktober, dia selalu
nyetel national heroic songs di mobil atau ruang kantornya. Uniknya juga,
setiap bertemu dengan orang-orang yang berwenang, dia selalu menitipkan
pesan agar lagu-lagu tersebut
digalakkan. Dia menilai bahwa orang Indonesia sekarang semakin tidak
nasionalis. Dia juga merasa prihatin dengan hilangnya ruh kepramukaan di
tengah-tengah bangsa ini. Baginya pramuka itu bukan sekedar seragam atau
pelajaran tali-temali. Kepramukaan mengajarkan banyak hal yang bermanfaat bagi
suatu bangsa; cinta negeri, cinta lingkungan, kesetiakawanan, dan lain lain.
Di ranah politik, Azies mengaku gandrung dengan peran HOS Tjokroaminoto.
Sejalan dengan itulah pemilik sebuah penerbit besar ini terus berusaha menjadi
kolabolator bagi teman-teman politisi, pejabat dan pebisnisnya. Dia senang
mempertemukan mereka. Sebaliknya dia sangat membenci konflik. Dia juga meyakini
setiap konflik pasti ada ujungnya. Dan dia ingin menjadi ujung itu.
Azies kini aktif di tiga ormas Islam. Terkait kegiatan sosial
kemasyarakatan yang cukup padat, dia bertutur : “Saya bisa menjadi begini,
sebagian karena belas kasihan orang lain. Saya lahir tanpa ibu. Bapak saya
seorang guru. Saya diasuh oleh nenek saya, dibesarkan Oom saya dan teman-teman
saya. Jadi saya pikir, sekarang ini saatnya untuk berbagi. Dan saya harap
orang-orang yang pernah mengalami nasib seperti saya mau melakukan hal yang
sama.”
BERBAKTI KEPADA ORANG TUA KESEMPATAN MUNGKIN HANYA DATANG SATU KALI MEMBANGUN ITU SEPERTI MENANAM POHON PARA PEMIMPIN |
||
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar