Minggu, 08 Maret 2015

TEKUN TEKENING TEKAN


Prof Ir PRIYO SUPROBO, MS PhD
(Rektor ITS  2007 - …)
Priyo Suprobo, sosok pria sederhana  yang semangat hidupnya  senantiasa bergelora  untuk memberikan karya terbaik yang bisa dia berikan. Kercerdasan dan determinasinya yang tinggi, keuletan dan kerja kerasnya, dan seluruh prestasi yang dia ukir tidak membuatnya terlena. Dia tetap mampu menjadi pribadi yang bersahaja, tetap bersimpuh menengadahkan tangan memohon kekuatan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Lahir di Klaten 11 September 1959, anak kedua  dari enam bersaudara, Probo dibesarkan di lingkungan keluarga sederhana. Ayahnya, Dr. Soegijo Sapoetro, pegawai negeri sipil dengan jabatan terakhir Inspektur Wilayah Propinsi DI Yogyakarta. Dan ibunya, Sri Hartati, seorang guru SD yang kemudian berhenti untuk mengajar dan fokus untuk membimbing anak-anaknya. Terinspirasi oleh Prof. Roosenom, seorang ahli beton yang merupakan guru SMA-nya, Probo remaja yang memantapkan pendiriannya untuk menjadi insinyur sipil yang ahli di bidang konstruksi beton.


Diterima di Teknik Sipil ITS tahun 1978, Probo dikenal sebagai mahasiswa yang cerdas. Lulus tahun 1983 dengan predikat cum laude, anggota TAU BETA PI, Chapter Indiana, USA, ini diharapkan pada dua pilihan, berkarir sebagai dosen atau berkarir di perusahaan. Karena dorongan keinginan untuk menguji sejauh mana dia mampu menerapkan ilmu pengetahuan yang dipelajarinya, Probo memutuskan bergabung dengan PT. Adhi Karya. Tidak lama kemudian, dia pindah ke PT. Wijaya Karya dan ditempatkan di bidang produk beton dan metal.

Hati Probo terusik, selama bekerja di bidang konstruksi, setiap kali melakukan konsultasi dia selalu bertemu dengan doktor-doktor muda ITB--- dan ternyata itu juga terjadi hampir di seluruh perusahaan konstruksi besar di Jakarta. Dia termenung dan merasa cintanya pada almamaternya melecut semangatnya---Probo bertekad untuk mengabdikan dirinya di ITS, berharap bisa memberikan kemampuan terbaiknya untuk membangun almamaternya agar bisa berdiri sejajar dengan perguruan-perguruan tinggi terbaik lainnya.                                                    

Tahun 1984, Probo mengajukan lamaran sebagai dosen di ITS tetapi belum ada formasi ketika itu. Melihat potensi dan kecerdasannya, Pak Harwiyono memberinya tawaran beasiswa untuk kuliah program S-2 di ITB sambil menunggu adanya formasi PNS di ITS. Gayung tersambut, Probo memutuskan menerima tawaran tersebut dan setahun kemudian resmi diangkat menjadi PNS. Lulus program S-2 ITB tahun 1987, atas prakarsa Prof. Sosrowinarso, dia memperoleh kesempatan melanjutkan program S-3 Bidang Teknik Sipil di Purdue University Amerika Serikat tahun 1988 atas biaya dari PAU ITB.

Masa-masa penuh tantangan, aku Probo. Sebelumnya sebagai karyawan perusahaan BUMN dengan penghasilan cukup, kemudian mengabdi sebagai PNS dan langsung belajar--- sudah berkeluarga dengan satu anak, sementara karena tugas belajar, dia harus rela menerima 50% dari gaji pokoknya, kurang lebih Rp. 65.000, perbulan. Beruntung seorang pamannya yang juga mengajar di ITS banyak memberi dukungan dan pengarahan bagi keluarganya. Dan tekanan ekonomi tidak membuat langkah Probo surut, melainkan semakin melecut semangatnya untuk mengeksploitasi kemampuan terbaiknya dengan satu keyakinan suatu saat “pasti bisa”.

Lulus progam S-3 di Purdue University tahun 1991, Probo tidak bisa langsung mengabdi di ITS karena diminta untuk mengajar di ITB. Sebuah kebanggaan baginya, seorang alumnus ITS menjadi dosen di ITB. Dia pun bersyukur, selama di Bandung, teman-teman alumni ITS banyak memberikan  dukungan dan teman-teman di ITB pun menyambutnya dengan hangat--- sebuah solidaritas  yang membuat semangatnya semakin membumbung untuk mengabdi, sebuah solidaritas yang dapat dijadikan contoh bagaimana sekat-sekat almamater terhapus oleh mimpi dan tujuan yang lebih mulia.

Setelah mengabdi selama 4 tahun di ITB, Probo mengajar secara penuh di ITS mulai tahun 1995. Dua tahun kemudian, dia dipercaya menjabat sebagai kepala Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan Teknik Sipil. Tahun 1999, diangkat menjadi Pembantu Dekan 1 Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP-ITS) dan kemudian dikukuhkan sebagai Dekan FTSP tahun 2003. Dan melalui pemilihan langsung oleh senat, Probo dipercaya menjadi Rektor ITS untuk masa bhakti 2007-2011.

Dari ayahnya, Probo mengaku banyak mendapat wejangan bagaimana menjalani hidup. Tekun tekening tekan, salah satu nasehat ayahnya---bahwa keberhasilan hanya bisa diperoleh dengan diawali kerja keras dan ketekunan. Itu belum cukup, dan harus didukung dengan prinsip titi, titis, tatas---ketelitian dalam melaksanakan tugas,  ketepatan dalam bertindak, dan merampungkan kewajiban secara tuntas. Dengan prinsip-prinsip tersebut, Probo berhasil mengukir prestasi dalam pengabdiannya, baik sebagai pendidik maupun sebagai pemimpin kampus.

Pada suatu saat, ketika baru pulang dari Amerika Serikat, dia bertemu dengan Ir. Murwanto yang kala itu menjabat sebagai Kepala Kanwil Pekerjaan Umum D.I. Yogyakarta dan mengingatkannya,Anda sudah jadi doktor. Sekarang anda tinggal pilih, jeneng atau jenang.” Yang dimaksud “jeneng” adalah nama baik yang dibangun atas dasar prestasi, sedangkan “jenang” adalah makanan khas jawa yang merepresentasikan materi atau harta kekayaan.

Dengan menyandang gelar doktor  dari Universitas terkemuka di Amerika Serikat, jalan untuk mendapatkkan materi berlebih terbuka lebar baginya. Dan Probo tidak tergoda, lebih memilih ”jeneng”, lebih memilih mengabdikan kemampuan terbaiknya sebagai pendidik dan berjuang mengukir prestasi untuk  pengembangan  iptek di bidang konstruksi. Dia memiliki satu keyakinan, nama baik yang dibangun atas dasar prestasi akan memberikan keuntungan sekaligus: kebanggaan diri atas karya terbaik yang diberikan, dan keuntungan materi yang mengiringi.

Kini, didaulat sebagai pucuk pimpinan di ITS, Probo merasa tertantang untuk membangun kerjasama sinergi yang lebih baik bersama para koleganya guna membangun kemajuan ITS. Berbeda dengan birokrat di pemerintahan yang bisa memerintah secara top down, Probo harus berusaha membangun komunikasi intensif untuk menciptakan kerjasama secara kolegial  dalam menentukan dan melaksanakan program dan kebijakan---mengingat hampir semua para pembantunya adalah bergelar profesor, maka hubungan kerja yang dibangun adalah hubungan kolegial, bukan struktural seperti birokrasi pemerintahan.

Misi Probo selaku Rektor adalah bagaimana membawa ITS “go International”. Dan untuk mewujudkanya, dia harus berusaha keras memaksimalkan berbagai potensi yang dimiliki ITS sehingga mampu meningkatkan kualitas lulusan kompeten, profesional, memiliki kemampuan leadership dan jiwa kewirausahaan. Untuk itu dibangunlah sarana dan prasarana pendukung, salah satunya Center of Entrepruner Development (CED) yang memfasilitasi mahasiswa dalam mengembangkan kemampuan kewirausahaan.

Diakui Probo, kelemahan utama lulusan ITS adalah dalam bidang soft skills---yaitu, kemampuan komunikasi, leardership dan teamwork. Dari evaluasi uji kemampuan akademik dan psikotes pada saat masuk sebagai mahasiswa baru dan saat akan diwisuda, diperoleh hasil bahwa perkembangan otak kiri (hard skills, kompetensi akademik) berkembang pesat, sementara pengembangan otak kanan (soft skills, khususnya kemampuan komunikasi, leadership dan teamwork) tidak banyak berkembang.

Oleh karena itu, dengan dukungan seluruh civitas akademika, Probo berusaha melakukan pembenahan-pembenahan. Diantaranya, usaha untuk memasukkan bidang soft skills ke dalam kurikulum dan penekanan pentingnya semangat entrepreneurship di setiap mata kuliah. Dan mulai tahun ajaran 2008/2009, seluruh mahasiswa baru diwajibkan untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di kampus guna mengembangkan dan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam hal komunikasi, kepemimpinan dan kerja sama tim. Selain meningkatkan kualitas lulusan, untuk merealisasikan misi “Go Internasional” ITS harus mampu meningkatkan riset-riset bertaraf internasional. Tantangan terbesarnya adalah masalah pendanaan, mengingat pelaksanaan riset yang berkualitas tinggi harus didukung dengan peralatan dan fasilitas yang memadai. Untuk mengatasinya Probo bersama seluruh koleganya berusaha keras untuk membangun jejaring kerja sama yang luas baik di tingkat nasional maupun internasional dan mengharapkan peran yang lebih besar dari alumni ITS untuk dapat mendukung berbagai program riset dan pengembangan yang dilakukan almamaternya.

Sebagai institut pertama di Indonesia yang didirikan  sendiri oleh pribumi, sudah selayaknya ITS bersama seluruh civitas akademika berjuang memberikan kontribusi terbaiknya untuk berperan secara maksimal dalam membangun kemandirian bangsa --- sebagaimana semangat dan jiwa patriotis yang ditunjukkan para pendiri ITS.

“Dan bagi seluruh alumni ITS, saya harapkan dimanapun mereka berada, dimanapun mereka mengabdikan diri, tentunya mereka harus bekerja dengan baik, berprestasi tinggi,” pesan Priyo Suprobo selaku Rektor ITS. “Kalau dia sudah berprestasi tinggi, maka yang bangga tentunya adalah almamater dan kawan-kawannya. Dari sana akan tumbuh rasa kebanggaan setiap alumni atau lulusan ITS --- ‘saya ingin seperti ini, saya ingin seperti itu, saya ingin seperti dia.

Selain sebagai pendidik, Probo juga aktif dalam kegiatan pembinaan dan pengembangan jasa konstruksi, khususnya di Jawa Timur --- disamping memberikan sumbangsih pemikiran-pemikiran sebagai ilmuwan yang disampaikan baik dalam bentuk karya-karya ilmiah maupun dalam kegiatan-kegiatan ilmiah. Tercatat sebelum menjabat sebagai Rektor ITS, Probo dipercaya sebagai Ketua Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia Komda Jawa Timur dan Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Jawa Timur.

Beberapa penghargaan yang pernah diterimanya menunjukkan prestasi akademis hingga jaringan sosialnya yang kuat, antara lain Satya Lancana Karya Satya X pada tahun 2004, Dwidya Satya Perdana, juga pada tahun 2004, SOKA AWARD OF HIGHEST HONOUR pada tahun 2008, dan GANESHA PRAJA MANGGALA BAKTI ADI UTAMA dari ITB pada tahun 2009.

Menikah dengan Dyah Listyo Wati, Probo dikaruniahi 3 putri dan 1putra --- Puspita Wijayanti (22), dokter umum lulusan FK UNAIR, Jagadito Probo Kusuma (18), sebagai mahasiswa Tehnik Sipil ITB Danu Pastika Probo Hiswari (16) dan Ranggalalita Probonegari (15).



BERBAKTI KEPADA ORANG TUA


KESEMPATAN MUNGKIN HANYA DATANG SATU KALI


MEMBANGUN ITU SEPERTI MENANAM POHON 

PARA PEMIMPIN




****Ditulis ulang bersama :
IVAN ZAINAL ABIDIN – MI Negeri  Grogol  Sukoharjo - Kelas 2
SOEM SOLIKIN –MTs Negeri  Cawas  Klaten- Kelas  7C
AGUNG SUSILO-SMP Negeri 2 Bayat Klaten-Kelas 8A
Sumber buku: INSPIRING TO SUCCESS –Jejak Langkah 100 Alumni ITS



Tidak ada komentar:

Posting Komentar